Jakarta (ANTARA News) - Ketua Umum PP Muhammadiyah, Din Syamsuddin, menyatakan bersyukur bahwa Indonesia sudah 61 tahun merdeka dari penjajahan, namun seharusnya kemerdekaan Indonesia dimaknai dengan kemerdekaan yang sebenar-benarnya. "Kini kita maknai kemerdekaan kita kemerdekaan dari kemiskinan, kesenjangan, kebodohan, perselisihan, dan konflik, serta bersatu-padu untuk melawannya sebagaimana kita melawan penjajahan dahulu," kata Din, di Jakarta, Kamis. Ia juga mengajak seluruh elemen bangsa untuk terus berupaya memajukan bangsa, dengan berupaya menghilangkan ketergantungan dan berusaha lebih mandiri seiring bertambahnya usia. Sementara itu, pakar hukum Satjipto Rahardjo mengemukakan negara tidak dibangun dalam satu malam, melainkan melalui proses sangat panjang lewat transformasi sosial-politik dan kultural bahkan juga ekonomis. "Negara modern muncul dari bentuk-bentuk awalnya yang lebih primitif mulai dari negara feodal, hingga negara absolut dan akhirnya negara konstitusional," katanya. Itulah yang menjawab mengapa sampai sekarang negara Indonesia belum kunjung muncul sebagai suatu rumah bagi sekian ratus juta manusia, sebagaimana dicita-citakan sejak berdirinya pada 17 Agustus 1945, ujarnya. Bila bercermin pada sejarah, maka kelahiran negara konstitusional harus melalui banyak tahap perkembangan sebelum bisa lebih mantap, tegasnya. Soal itu, lanjut dia, bisa melihat kurun waktu mulai Eropa abad ketujuh sampai abad ke-19 yang harus dilalui bukan saja dengan tertib dan damai, tetapi juga melalui periode berdarah-darah. Negara Eropa yang terlihat maju dahulunya juga terus mencari bentuk seperti halnya Indonesia yang sama-sama masih terus berproses, ujarnya. (*)
Copyright © ANTARA 2006