Jayapura (ANTARA News) - Ketua Ikatan Jurnalis Televisi Indonesia (IJTI) wilayah Papua dan Papua Barat Ricardo Hutahaean mengatakan akan mengusung isu minimnya kesejahteraan jurnalis televisi terutama kontributor di Indonesia dalam Konferensi Internasional Jurnalis Televisi yang berlangsung di Surabaya 30 Oktober--1 November.

"Persoalan kesejahteraan dan kekerasan jurnalis Tv masih sangat memprihatinkan," kata Ricardo dalamsiaran pers, Kamis.

Menurut dia, kesejahteraan jurnalis kontributor TV masih memprihatinkan, belum lagi soal risiko kekerasan yang harus dihadapi jurnalis di daerah konflik.

"Apalagi honor (penghasilan) yang hanya bergantung dari kontribusi berita yang tayang. Hal ini akan kami usulkan saat konferensi sehingga dapat menjadi wadah bagi rekan jurnalis TV di Asia dan Indonesia agar dapat memberikan ide dan masukan selanjutnya dapat dijadikan rekomendasi terhadap para pengambil keputusan," katanya.

Sementara itu, Kabid Humas IJTI Papua dan Papua Barat, Riyanto Nay menegaskan bahwa kekerasan pada profesi jurnalis termasuk kepada para jurnalis TV hingga saat ini masih berlangsung dan terjadi di daerah-daerah.

"Bahkan tidak sedikit yang akhirnya menimbulkan korban dalam kekerasan yang dialami para jurnalis tersebut," katanya.

Pada konferensi, lanjut Riyanto, soal kekerasan terhadap jurnalis televisi juga akan menjadi topik bahasan.

"Ini menjadi penting dalam rangka menghadapi peristiwa nasional yang bakal terjadi pada 2014 nanti, yaitu pemilihan umum," tambah Riyanto yang juga kontributor SCTV di Papua.

Konferensi Internasional Jurnalis Televisi telah dibuka oleh Gubernur Jawa Timur Soekarwo di gedung Grahadi, Kota Surabaya.

Acara tersebut dihadiri ratusan peserta dari seluruh Indonesia dan se-Asia termasuk delegasi dari luar negeri di antaranya dari Australia dan Korea. Konferensi berlangsung di Hotel Bumi Surabaya.

Pewarta: Alfian Rumagit
Editor: Desy Saputra
Copyright © ANTARA 2013