nyamuk DBD aktif pada pagi hari, jam 8-10 dan sore hari jam 15-17
Jakarta (ANTARA) - Pemerintah Kota Jakarta Barat menggencarkan peran juru pemantau jentik (jumantik) mandiri untuk mengatasi demam berdarah dengue (DBD) yang mengalami kenaikan dalam beberapa minggu terakhir ini.
Kepala Suku Dinas Kesehatan Jakarta Barat (Sudinkes Jakbar) Erizon Safari mengatakan akan mendorong tiga langkah penting untuk menekan angka DBD yakni peningkatan pengawasan jumantik mandiri, optimalisasi gerakan satu rumah satu kader jumantik (G1R1J), dan mengevaluasi ketersediaan tempat tidur rumah sakit.
"Kita aktifkan lagi jumantik mandiri untuk memeriksa adanya jentik di rumah masing-masing," kata Erizon di Jakarta, Selasa.
Sementara itu, praktisi kesehatan masyarakat, dr. Ngabila Salama mengusung rumus gerakan satu rumah satu kader jumantik (G1R1J) untuk mencegah merebaknya DBD pada musim pancaroba.
"Adapun rumus 'G1R1J' 3x10' berarti penunjukan satu orang anggota keluarga sebagai kader jumantik yang bertugas memberantas jenik-jentik nyamuk di sekitar rumah setiap Jumat pagi, jam 10.00, selama 10 menit dan selama minimal 10 minggu," kata dr. Ngabila.
Ngabila menuturkan bahwa pagi dianjurkan untuk melakukan kegiatan tersebut karena nyamuk DBD aktif pada jam itu.
"Jam 10 pagi, karena nyamuk DBD aktif pada pagi hari, jam 8-10 dan sore hari jam 15-17," ujar Ngabila.
Selain itu, Ngabila juga mengajak masyarakat untuk memanfaatkan sarana-sarana pengumuman lokal, seperti pengeras suara masjid, mushalla, surau, atau rumah ibadah untuk saling mengingatkan warga setempat akan pentingnya pemberantasan sarang nyamuk.
Kasus DBD di wilayah Jakarta Barat (Jakbar) meningkat drastis pada Maret 2024.
Ngabila menyebut kasus DBD di Jakarta Barat mencapai 347 kasus pada 5 Maret 2024 (sejak awal tahun 2024) dan kemudian meningkat drastis pada 21 Maret 2024 dengan total 628 kasus.
Lebih jauh, Erizon menyebut kasus DBD di wilayah Jakarta Barat mayoritas terjadi pada kelompok usia 20-45 tahun.
Selain itu, Erizon mengatakan bahwa ratusan kasus tersebut tersebar di seluruh wilayah Jakarta Barat, namun kasus terbanyak terjadi di Kecamatan Kembangan, Cengkareng, dan Kalideres.
Adapun 628 kasus DBD tersebut, meskipun hanya sampai 21 Maret 2024, juga meningkat drastis jika dibandingkan dengan kasus DBD pada tahun 2023, di mana dari Januari sampai dengan Maret 2023, tercatat hanya terjadi 331 kasus DBD.
Baca juga: Jaksel ajak masyarakat terapkan 3M plus untuk tekan DBD yang naik
Baca juga: Legislator nilai lele yang disebar ke saluran air mampu cegah DBD
Baca juga: Perlu peran masyarakat dalam pencegahan DBD
Pewarta: Redemptus Elyonai Risky Syukur
Editor: Ganet Dirgantara
Copyright © ANTARA 2024