Sochi, Rusia (ANTARA) - Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) memaparkan rencana pengembangan reaktor nuklir generasi IV Indonesia, dalam pameran dan forum industri nuklir global ATOMEXPO yang diselenggarakan di Sochi, Rusia, Senin (25/3).

Menurut Kepala Pusat Riset Teknologi Reaktor Nuklir BRIN Topan Setiadipura, reaktor yang paling sesuai untuk dikembangkan di Indonesia adalah yang berpendingin gas suhu tinggi (HTGR) karena sangat aman, ekonomis, dan minimum limbah.

“Di antara faktor-faktor tersebut, Indonesia menilai keamanan adalah yang paling penting. Karena itu kami tertarik mengembangkan reaktor generasi IV ini,” kata Topan ketika berbicara dalam salah satu sesi diskusi ATOMEXPO 2024, yang digelar oleh BUMN energi nuklir Rusia, Rosatom.

Melalui pengembangan teknologi HTGR pebble bed berkapasitas 40MWt yang dinamakan PeLUIt-40, Indonesia tidak hanya mengincar peningkatan produksi listrik melalui energi ramah lingkungan, tetapi juga untuk menghasilkan hidrogen rendah karbon.

Dengan demikian, pengembangan reaktor generasi IV diharapkan bisa mengurangi ketergantungan Indonesia pada energi yang berasal dari bahan bakar minyak, terutama diesel.

Topan lebih lanjut mengatakan teknologi HTGR akan menunjang visi transisi energi Indonesia melalui reaktor modular kecil (SMR).

“Indonesia adalah negara yang memiliki ribuan pulau, jadi kami membutuhkan sumber-sumber energi yang lebih kecil,” tuturnya.

Baca juga: ATOMEXPO suarakan semangat pemanfaatan energi nuklir

Dalam pengembangannya, Indonesia telah mulai menjalankan inisiatif untuk terlibat dalam Proyek Penelitian Terkoordinasi Badan Tenaga Atom Internasional (IAEA), misalnya dalam pengembangan kode SMR.

Selain itu, Indonesia juga melakukan kerja sama pengembangan kapasitas dengan Tsinghua University di bawah skema Laboratorium Bersama HTGR Internasional.

Namun, Topan menegaskan bahwa kerja sama multilateral atau bilateral dengan mitra internasional lainnya sangat diperlukan untuk percepatan pembangunan reaktor nuklir generasi IV Indonesia, yang desainnya ditargetkan bisa disetujui oleh Badan Pengawas Teknologi Nuklir (Bapeten) RI pada 2025.

Secara khusus, Topan menyebut bahwa Rosatom turut berperan dalam sejarah pengembangan reaktor generasi IV di Indonesia dengan melakukan transfer desain konseptual HTGR pebble bed pada 2015-2016.

“Jadi saya mengundang para mitra strategis kami untuk berkolaborasi dalam pengembangan reaktor PeLUIt-40,” katanya.

HTGR adalah jenis reaktor generasi IV yang mampu beroperasi pada suhu sangat tinggi dan menggunakan gas sebagai pendingin serta grafit sebagai moderator reaktornya.

Selain dianggap lebih aman, reaktor tersebut juga mampu menghasilkan panas yang dapat digunakan dalam industri, misalnya untuk produksi gas hidrogen.

Baca juga: WNA sebut semakin banyak negara ingin kembangkan tenaga nuklir

Pewarta: Yashinta Difa Pramudyani
Editor: Yuni Arisandy Sinaga
Copyright © ANTARA 2024