Pertemuan itu berlangsung pada hari ketiga kunjungan yang dilakukannya dengan tujuan untuk membawa pihak-pihak yang bertikai di Suriah maju ke meja perundingan.
Sudah lebih dari 115.000 orang yang tewas dalam pemberontakan bersenjata selama 31 bulan terakhir ini terhadap pemerintahan Assad --yang dipicu oleh serangan berdarah terhadap para pengunjuk rasa yang diilhami oleh demokrasi `Arab Spring`.
Brahimi telah mengunjungi berbagai wilayah di Timur Tengah untuk membangun dukungan bagi terselenggaranya perundingan perdamaian Jenewa.
Kehadirannya di Suriah merupakan misi yang paling sensitif karena ia harus membujuk pihak rezim dan oposisi yang makin terpecah untuk menghadiri perundingan tersebut.
Seorang sumber diplomatik mengatakan kepada AFP bahwa Assad akan melakukan pembicaraan dengan Assad pada pagi hari, dan para wartawan mngatakan ia terlihat meninggalkan hotelnya di Damaskus bersama Wakil Menteri Luar Negeri Suriah Faisal Meqdad dalam rangkaian kendaraan PBB.
Pada malam hari sebelum pertemuan pertamanya dengan Assad sejak Desember, Damaskus mengatakan hanya rakyat Suriahlah yang bisa memilih masa depannya, menolak tuntutan-tuntutan Barat dan Arab agar presiden Suriah itu mundur dari jabatannya.
"Suriah akan hadir pada Jenewa II berdasarkan hak ekslusif rakyat Suriah untuk memilih masa depan politiknya, untuk memilih para pemimpinnya dan menolak segala bentuk campur tangan luar," kata Menteri Luar Negeri Walid Muallem kepada Brahimi.
Ia juga mengatakan semua pernyataan menyangkut masa depan negara tersebut, terutama "yang dari London", merupakan "pelanggaran terhadap hak-hak rakyat Suriah" dan "syarat-syarat yang ditentukan bagi perundingan, bahkan ketika perundingan belum dimulai".
Hal itu terkait dengan pertemuan pada 22 Oktober lalu, di mana musuh-musuh Assad maupun negara-negara yang mendukung musuh --termasuk Amerika Serikat-- menyatakan bahwa Assad tidak memiliki peranan untuk dimainkan di Suriah.
Brahimi bersikeras bahwa perundingan Jenewa akan dilangsungkan "antar partai-partai Suriah" dan bahwa hanya rakyat Suriah yang akan menentukan masa depan mereka, demikian dilaporkan kantor berita resmi SANA.
(T008)
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2013