Ini mendorong pihak Palestina dan Arab kehilangan kepercayaan pada kemampuan Pemerintah Israel saat ini untuk mewujudkan perdamaian,"
Ramallah (ANTARA News) - Presiden Palestina pada Rabu mengutuk sebagai pukulan terhadap proses perdamaian rencana Israel untuk membangun rumah lagi di permukiman di Jerusalem Timur.
"Kebijakan permukiman merusak proses perdamaian," kata Nabil Abu Rudeinah, Juru Bicara bagi Presiden Palestina Mahmoud Abbas. "Ini mendorong pihak Palestina dan Arab kehilangan kepercayaan pada kemampuan Pemerintah Israel saat ini untuk mewujudkan perdamaian."
Menurut media Israel, Saluran 10, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu dan Menteri Urusan Dalam Negeri Gideon Sa`ar, Selasa malam (29/10), sepakat untuk melanjutkan pembangunan 1.500 rumah di Jerusalem Timur-laut.
Rumah tersebut akan dibangun di Permukiman Ramat Shlomo, di luar apa yang dikenal sebagai Jalur Hijau, yang berarti wilayah yang dicaplok oleh Israel selama Perang Timur Tengah 1967.
Sebagai reaksi atas pengumuman itu, Abu Rudeinah --sebagaimana dilaporkan Xinhua, yang dipantau Antara di Jakarta, Rabu malam-- menegaskan, "Takkan ada permukiman di tanah Palestina."
Berita mengenai rencana Israel tersebut beredar tak lama setelah Israel membebaskan 26 tahanan Palestina, kelompok kedua dari 104 tahanan yang telah lama menjalani hukuman. Kedua pihak pada penghujung Juli telah menyepakati dilanjutkannya pembicaraan perdamaian.
Pada Selasa malam, Abbas membantah Palestina secara diam-diam telah setuju untuk mengizinkan pembangunan permukiman Israel lagi sebagai imbalan bagi pembebasan 104 tahanan.
"Ada sebagian orang yang mengatakan kami membuat kesepakatan untuk menerima permukiman (Israel) ... Saya memberitahu mereka agar pergi, sebab permukiman sama sekali tidak sah."
(C003)
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2013