London (ANTARA News) - Harga minyak mentah turun Rabu setelah konflik di Timur Tengah memasuki hari ketiga gencatan senjata, dan menjelang pengumuman data cadangan minyak Amerika Serikat (AS), kata para pedagang. Di London, minyak mentah Brent North Sea untuk penyerahan bulan September turun 34 sen menjadi 73,46 dollar AS per barrel pada perdagangan elektronik. Sedangkan kontrak utama New York, minyak mentah light sweet untuk penyerahan September, turun 11 sen menjadi 72,94 dollar AS per barrel pada perdagangan elektronik, sebelum pasar resmi dibuka. Harga minyak berjangka turun hampir dua dollar AS selama pekan ini, dan turun lebih dari 5 dollar AS dibandingkan pada tanggal 7 Agustus, ketika minyak Brent London mencapai rekor harga tertinggi senilai 78,64 dollar AS. Para pedagang mengatakan bahwa faktor utama penurunan harga minyak pada pekan ini adalah kesepakatan gencatan senjata antara Israel dan Hizbullah, yang dimulai Senin setelah terjadi peperangan selama satu bulan. "Banyak pedagang khawatir bahwa konflik di wilayah itu bisa menyebar ke sejumlah negara di kawasan itu, seperti Iran, yang merupakan produsen minyal utama dunia," kata analis Sucden, Michael Sucden. "Tetapi walaupun mengalami penurunan baru-baru ini, pasar tidak diharapkan turun terlalu jauh karena masih ada masalah pasokan dio Nigeria dan Alaska," sambungnya dikutip AFP. Pengumuman raksasa minyak Inggris BP Jumat lalu bahwa pihaknya akan terus berupaya memompa minyak dari lapangan minyaknya di Prudhoe Bay di Alaska juga mendorong penurunan harga setelah terjadi kenaikan yang tajam pada beberapa pekan belakangan, kata para pedagang. BP akan mempertahankan tingkat produksi 50 persen di Prudhoe Bay, lapangan minyak terbesar di Amerika Serikat. Lapangan itu normalnya memproduksi minyak mentah 400.000 barrel per hari, atau sekitar 8 persen dari total produksi minyak mentah AS. Banyak pengamat perminyakan mengatakan bahwa tingkat produksi penuh tidak akan bisa dipenuhi di lapangan itu sebelum tahun depan. Para pedagang juga masih tetap mengkhawatirkan krisis energi nuklir yang masih terus terjadi di negara penghasil minyak Iran. Para pedagang juga menyatakan bahwa keberlanjutan penurunan harga minyak bisa tertahan karena kekhawatiran krisis nuklir Iran, dimana republik Islam itu diberi waktu hingga 31 Agustus untuk menghentikan proses pengayaan uranium dan sejumlah aktivitas lainnya, atau negara itu akan menghadapi sanksi. Iran merupakan negara produsen minyak terbesar ke-empat di dunia dan para pedagang khawatir pasokan energi dari Iran akan terganggu jika Teheran menolak tunduk terhadpa tekanan internasional untuk menghentikan program nuklirnya. Presiden Iran Mahmoud Ahmadinejad, Selasa lalu, menolak resolusi Dewan Keamanan PBB yang meminta Teheran menghentikan program nuklirnya. Dan Rabu ini, para pedagang akan mengamati pengumuman data jumlah cadangan minyak AS oleh Departemen Energi AS. Pasar memperkirakan cadangan bensin akan turun 1,8 juta barrel, dan cadangan minyak mentah turun 1,3 juta barrel. Penutupan sebagian lapangan minyak Prudhoe Bay diperkirakan memiliki dampak besar terhadap penurunan cadangan minyak tersebut. Sementara itu Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC) menurunkan perkiraan tingkat permintaan minyak dunia pada 2006, dimana tingkat permintaan saat ini diperkirakan naik 1,3 juta barrel per hari menjadi sekitar 84,5 juta barrel per hari, kata kartel minyak itu dalam sebuah laporan. "Ini merupakan revisi sebesar 80,000 barrel per hari dari angka perkiraan pada bulan sebelumnya karena adanya penuruna konsumsi minyak di negara-negara anggota OPEC pada kuartal kedua tahun ini yang sebelumnya tidak diperkirakan," kata OPEC dalam laporan bulanan untuk Agustus.(*)
Editor: Heru Purwanto
Copyright © ANTARA 2006