... produk hilir seperti paku dan kawat cenderung turun dibanding tahun lalu... "Jakarta (ANTARA News) - "Industri baja nasional masih melemah sebagai akibat belum pulihnya pasar baja di luar negeri," kata pengamat ekonomi, Reza Priyambada.
"Harga baja terus mengalami penurunan sehingga akhirnya berpengaruh terhadap pasar di dalam negeri," kata dia, yang juga analis Trust Securities, saat dihubungi, di Jakarta, Rabu.
Harga baja dunia turun 8 persen menjadi 600 dolar Amerika Serikat perton pada September 2013 dari posisi sebelumnya sebesar 605 dolar AS per ton.
Menurut Reza, harga baja masih akan tertekan, seiring dengan kelebihan kapasitas yang sangat kronis di Tiongkok, negara dengan industri baja terbesar di dunia.
Berdasarkan data Middle East Steel, lembaga riset baja Timur Tengah, harga baja canai panas (hot rolled coil/HRC) yang selama ini menjadi acuan belum mampu menembus 700 dolar AS per ton, padahal merupakan harga tertinggi dalam setahun terakhir.
Ketua Umum Ikatan Pabrik Paku dan Kawat Indonesia (Ippaki), Ario Setiantoro, menilai kejatuhan harga baja di pasar global menekan harga baja domestik. Ini diperparah dengan derasnya arus impor produk baja hulu dan hilir.
"Harga produk hilir seperti paku dan kawat cenderung turun dibanding tahun lalu. Saat ini, harga paku berkisar Rp9.000--Rp9.500 per kilogram, sedangkan kawat Rp7.500-Rp9.000/kg," ujar Ario di Jakarta, Selasa (29/10).
Sebenarnya, lanjut dia, industri baja nasional yang belum membaik sudah dapat dirasakan sejak Semester II, hal ini akan terus berlangsung sepanjang harga baja belum mengalami perbaikan.
Agar kinerjanya tidak terlalu jeblok, industri baja nasional harus meningkatkan volume penjualan dengan melakukan berbagai terobosan pemasaran, yakni mencari pelanggan-pelanggan baru, jelas dia.
Solusinya, di antaranya dengan menggandeng pelaku di bidang konstruksi dan infrastruktur sehingga penjualan produk mereka menjadi lebih optimal meskipun hal itu sulit untuk dapat dilakukan dalam waktu dekat.
Selain itu, industri baja nasional diharapkan juga mulai melakukan diversivikasi usaha sehingga tidak mengandalkan kepada industri baja saja, tetapi juga pelabuhan, pembangkit listrik, dan sebagainya, ujar Reza.
Pewarta: Ganet Dirgantoro
Editor: Ade P Marboen
Copyright © ANTARA 2013