"Pameran ini diharapkan bisa menjadi media promosi bagi pelaku industri furniture dan kerajinan untuk memperluas pasar produk mereka"Jakarta (ANTARA News) - Kementerian Perindustrian (Kemenperin) menggelar pameran furniture dan produk interior pada 29 Oktober sampai 1 November, di lobi, kementerian tersebut.
Pameran furniture dan produk interior berbahan baku kayu dan rotan itu diikuti oleh 20 peserta dari industri mebel dan kerajinan, dan enam peserta nonindustri yang berasal dari kalangan perguruan tinggi yang bergerak di bidang desain furniture, pemerintah daerah (DKI Jakarta, Cirebon, dan Jepara), serta himpunan desainer.
"Pameran ini diharapkan bisa menjadi media promosi bagi pelaku industri furniture dan kerajinan untuk memperluas pasar produk mereka," kata Direktur Industri Hasil Hutan dan Perkebunan Kemenperin Aryan Wargadalam yang juga menjadi ketua panitia pameran itu.
Produk yang dipamerkan, kata dia, merupakan furniture modern, klasik, dan minimalis dengan menggunakan bahan baku kayu solid, kayu gergajian, kombinasi kayu, rotan, dan barang dari rotan, serta bambu.
Selain itu, juga ditampilkan prototip produk yang menang pada lomba Indonesia Furniture Design Award (IFDA) 2013, dan dialog nasional dan pembentukan lembaga kolaborasi nasional pengembangan rotan ramah lingkungan.
Wamenperin Alex SW Retraubun yang membuka pameran itu menilai saat ini kepercayaan dan fanatisme masyarakat Indonesia pada produk furniture dalam negeri cenderung meningkat.
"Pada Agustus, nilai jual produk (furniture) dalam negeri lebih tinggi dibandingkan ekspor," ujarnya tanpa menyebut angka pastinya.
Berdasarkan data Kemenperin pada Januari-Juli 2013 ekspor furniture kayu telah mencapai 711,3 juta dolar AS. Pada 2012 ekspor produk itu mencapai 1,22 miliar dolar AS, naik dibandingkan 2011 yang mencapai 1,03 miliar, meskipun turun dibandingkan 2010 yang menembus angka 1,4 miliar.
Sedangkan ekspor rotan olahan pada Januari-Juli 2013 mencapai 96 juta dolar AS. Pada 2012 ekspor produk rotan itu mencapai 202 juta dolar AS, naik dibandingkan 2011 yang mencapai 168 juta dolar AS. Namun turun dibandingkan 2010 dan 2009 yang mencapai masing-masing sebesar 212 juta dolar AS dan 224 juta dolar AS. (*)
Editor: Risbiani Fardaniah
Copyright © ANTARA 2013