Surabaya (ANTARA News) - Dua mahasiswa Universitas Petra Surabaya menciptakan game pengenalan berbagai lokasi tujuan wisata khas Indonesia, seperti Borobudur, Keraton Yogyakarta, Raja Ampat, dan sebagainya.
"Game yang dapat diakses dari smartphone itu memang untuk mengenalkan bangunan budaya, rumah adat, alat musik, dan sejenisnya dengan gadget. Jadi, kita mengenalkan budaya tanpa melawan modernitas agar pas bagi anak-anak muda," kata Yoel Putra di kampus setempat, Senin.
Yoel dampingi rekannya, Gregorius Erwin Sebastian yang juga mahasiswa Program Studi Desain Komunikasi Visual menjelaskan karya tersebut meraih Piala Silver untuk kategori student advertising dalam "Pinasthika Creativestival 2013" yang digelar Persatuan Perusahaan Periklanan Indonesia (P3I) di Yogyakarta pada 20 Oktober 2013.
"Penghargaan yang kami raih itu kami beri tagline yang cukup gaul bagi anak-anak muda yakni TAK SEMUA ORANG TAU. Kalau di-klik gambarnya akan muncul pertanyaan, gambar apa? Kalau bisa menjawab akan mendapatkan poin, tapi kalau tidak bisa akan ada petunjuk, sehingga pemakainya bisa belajar langsung," katanya.
Dalam ajang "Pinasthika Creativestival 2013" itu, pihaknya tidak hanya merancang game tentang wisata dan budaya Indonesia, melainkan juga aksesoris pelayan angkringan di Yogyakarta yang desainnya gaul tapi mengandung unsur adat, seperti jaket jeans dengan motif batik di bagian atas serta topi adat.
"Selain itu, ada taplak meja yang poster untuk menebak gambar berbagai budaya dan tempat wisata seperti dalam game itu, ada pula poster yang dipajang di lokasi angkringan yang juga menebak gambar budaya dan tempat wisata. Semua poster itu ada poin dan peraih poin dalam jumlah tertentu akan mendapatkan voucher wisata yang bukan ke luar negeri," katanya.
Menurut mahasiswa semester V itu, implementasi aksesoris pelayan angkringan, taplak meja angkringan berupa poster, dan poster dinding di tempat angkringan itu sangat bergantung Keraton Yogyakarta yang memberi topik untuk sejumlah peserta.
"Tapi, kalau game tentang wisata dan budaya itu bisa diaplikasikan. Intinya, kami tidak menolak budaya Barat dan K-Pop, tapi kami menawarkan saingan untuk itu lewat sarana modern agar anak-anak muda mempunyai alternatif dan akhirnya meyakini bahwa budaya miliknya lebih baik," katanya.
Pewarta: Edy M Ya`kub
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2013