New York (ANTARA News) - Harga minyak dunia naik pada Senin (Selasa pagi WIB), karena para pedagang terus mewaspadai produksi minyak mentah Libya, di mana pergolakan baru para buruh kembali mengancam pasokan dari anggota OPEC itu.
Kontrak berjangka minyak mentah light sweet atau West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Desember di New York Mercantile Exchange, ditutup pada 98,68 dolar AS per barel, naik 83 sen dari Jumat (25/10), lapor AFP dan Xinhua.
Patokan Eropa, minyak mentah Brent North Sea untuk pengiriman Desember, melonjak 2,68 dolar AS menjadi menetap di 109,61 dolar AS per barel di perdagangan London.
Produksi minyak mentah Libya yang terganggu beberapa bulan lalu setelah kerusuhan buruh memaksa terminal-terminal pengiriman minyak ditutup, memangkas produksi minyak mentah negara itu menjadi di bawah 100.000 barel per hari. Sebelum penutupan, Libya memproduksi antara 1,5 juta hingga 1,6 juta barel minyak mentah per hari.
Produksi minyak Lybia telah naik dalam beberapa pekan terakhir, tetapi meningkatnya aksi protes telah memicu kekhawatiran tentang ekspor dari negara itu, di tengah serangan dan pengeboman yang terjadi hampir setiap hari yang beberapa orang mengatakan sedang mengarah ke perang saudara kedua.
"Kami terus memproses berita dari Libya di mana ada penutupan baru pada produksi karena aksi protes," kata John Kilduff dari Again Capital.
"Itu tampak seperti membaik, dan sekarang sepertinya kita bersandar menuju (produksi) nol lagi. Pasar sedang kehilangan berbarel-barel minyak."
Libya "secara pasti adalah pendorong utama harga lebih tinggi hari ini," katanya menambahkan.
Namun data ekonomi AS yang lesu untuk September membatasi kenaikan harga minyak AS, Kilduff mengatakan. Penjualan "pending home" (rumah yang pengurusannya belum selesai) di AS turun lebih dari yang diharapkan di bawah tekanan suku bunga yang lebih tinggi, menurut National Association of Realtors.
Produksi industri AS naik 0,6 persen tetapi itu sebagian karena kenaikan utilitas untuk mengantisipasi perubahan cuaca lebih awal, termasuk cuaca dingin di West AS.
Data-data ekonomi AS juga memberikan dukungan pada ekspektasi pasar bahwa Federal Reserve akan mempertahankan stimulus moneter besar-besarannya tidak berubah pada akhir pertemuan dua hari Rabu (30/10).
The Fed akan mengadakan pertemuan kebijakan Oktober pada Selasa dan Rabu. Ekonom pada umumnya percaya bahwa bank sentral akan mempertahankan kebijakan saat ini mengingat dampak dari penutupan pemerintah AS dan data ekonomi yang masih lemah.
Program stimulus dari bank sentral AS yang mendukung perekonomian, juga membantu menopang harga minyak.
Penerjemah: Apep Suhendar
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2013