Jakarta (ANTARA) - Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Kementerian Kesehatan Imran Pambudi menyebutkan angka pengobatan kasus tuberkulosis resisten obat (TBRO) di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) pada 2023 mencapai 92 persen, melebihi rata-rata nasional sebesar 73 persen.
"Untuk TBRO, target enrollmentnya adalah 90 persen dan hanya satu provinsi yang bisa mencapai yaitu Daerah Istimewa Yogyakarta," kata Imran dalam Press Briefing Hari Tuberkulosis Sedunia (HTBS) 2024 yang diselenggarakan Kementerian Kesehatan di Jakarta, Jumat.
Menurut dia, capaian keberhasilan pengobatan TBRO secara nasional pada 2023 sebesar 55 persen dari target 80 persen. Lima provinsi dengan capaian tertinggi adalah Nusa Tenggara Timur dengan 76 persen, Sulawesi Tengah 66 persen, Jambi 66 persen, dan Bengkulu 63 persen.
Baca juga: Kemenkes khawatir "silent pandemic" dari TBC resisten obat
Dia menjelaskan TBRO adalah keadaan di mana seseorang terinfeksi oleh jenis bakteri TBC yang sama tetapi sudah kebal terhadap obat TBC lini 1, sehingga perlu pengobatan yang disebut obat TBC lini 2. TBRO disebabkan oleh pengobatan yang tidak adekuat serta infeksi oleh penderita TBRO lainnya.
"Angka keberhasilan yang di bawah 80 persen tersebut karena pengobatan TBRO yang cukup panjang, yang bahkan sampai dua tahun," katanya.
Sementara untuk angka pengobatan kasus tuberkulosis sensitif obat (TBSO) pada 2023 secara nasional tercatat 88 persen dari target 100 persen.
Adapun target capaian keberhasilan pengobatan TBSO, kata dia, adalah 90 persen, dengan rata-rata nasional 86 persen. Ada lima provinsi yang berhasil mencapai target itu, yakni Lampung, Gorontalo, Sumatera Selatan, Nusa Tenggara Barat, dan Banten.
Baca juga: Kemenkes: Perlu kerja sama untuk mengatasi masalah TBRO di Indonesia
Dia mengatakan, Indonesia mengupayakan beberapa hal guna mencapai eliminasi tuberkulosis pada 2030. Dalam upaya itu terdapat tiga indikator yang perlu diperhatikan dalam mencapai target itu.
Pertama adalah treatment coverage, yakni penemuan kasusnya. kedua adalah success rate, yaitu seberapa banyak yang pengobatannya selesai, dan ketiga adalah seberapa banyak cakupan orang yang diberi terapi pencegahan tuberkulosis.
Pada tahun 2023, ujarnya, ada sebanyak 820 ribu penderita TB yang ditemukan.
Menurut dia, semakin banyak penderita TB ditemukan, maka semakin bagus, karena mereka dapat diobati segera agar tidak menularkan ke orang lain.
Dia menyebutkan sejumlah strategi yang diambil pemerintah, antara lain penguatan komitmen pemerintah pusat dan daerah, peningkatan akses layanan yang bermutu, optimalisasi promosi dan pencegahan, dan pemanfaatan hasil riset dan teknologi.
Baca juga: Kemenkes: Kolaborasi penting guna eliminasi TBC cegah isu multiaspek
"Selain itu, peningkatan peran seluruh pihak serta penguatan manajemen program," katanya.
Pewarta: Mecca Yumna Ning Prisie
Editor: Bambang Sutopo Hadi
Copyright © ANTARA 2024