Jakarta (ANTARA News) - Sejumlah pelaku pasar modal di Indonesia menerima asumsi dasar Rencana Anggaran Pemerintah Belanja Negara (RAPBN) 2007, namun harus dibarengi dengan pelaksanaan kebijakan yang dapat mendukung asumsi tersebut. Di lantai perdagangan Bursa Efek Jakarta, indeks harga saham gabungan (IHSG) dibuka menguat menjadi 1433,008, dan hingga pukul 11.30 WIB IHSG pada posisi 1435,380. Analis pasar modal dari PT Paramitra Alfa Sekuritas Rifki I. Hasan kepada ANTARA News mengatakan, pertumbuhan ekonomi 6,3 persen untuk 2007 dan 5,9 persen untuk 2006 masih dalam ekspektasi (perkiraan) pelaku pasar. "Kami masih percaya dapat tercapai asalkan pemerintah juga melakukan kebijakan yang sejalan untuk mencapai semua asumsi dasdar tersebut," kata Rifki. Dia juga menambahkan bahwa kebijakan yang akan dilaksanakan tidak hanya berlaku sementara, namun akan berjalan terus menerus dan dapat menggerakan sektor riil. "Dengan bergeraknya sektor riil, maka asumsi pertumbuhan ekonomi tersebut dapat tercapai," tegasnya.Asumsi dasar RAPBN 2007 yang digunakan yaitu pertumbuhan ekonomi 6,3 persen, inflasi 6,5 persen, SBI 3 bulan 8,5 persen, nilai tukar Rp9.300 per dolar AS, harga minyak 65 dolar per barel dan produksi minyak 1 juta barel per hari. Sedangkan pada APBN perubahan 2006, pemerintah mengusulkan asumsi dasar pertumbuhan ekonomi 5,9 persen, inflasi 8 persen, SBI 3 bulan 12 persen, nilai tukar Rp9.300 per dolar AS, harga minyak 62 dolar per barel dan produksi minyak 1 juta barel per hari. Sementara mengenai inflasi 2007 sebesar 6,5 persen dan 8 persen 2006 akan tercapai jika hal di atas dapat dilakukan. "Apabila tidak ada hal yang diluar dugaan kami masih optimistis masih dapat tercapai," katanya. Sedangkan nilai tukar masih terlalu tinggi. "Jika hal di atas berjalan, saya perkirakan rupiah di 2007 akan berkisar pada Rp9.000," harapnya. Untuk SBI, lanjut Rifki, pemerintah kelihatannya masih memakai standard atas untuk 2006. "Asumsi itu terlalu tinggi, saya memperkirakan SBI ada di kisaran 11 persen dan 2007 antara 8,5-9,5 persen," ungkapnya. Untuk harga minyak, 62 dolar untuk 2006 dan 65 dolar AS untuk 2007 terlalu optimis. "Harga pasar di dunia saja masih di atas kisaran 70 dolar AS," jelasnya. Hal yang sama juga diungkapkan Analis Pasar Modal dari PT Valbury Asia Securities Krisna Dwi Setiawan. "Asumsi tersebut saya rasa masih dalam tahap wajar, untuk 2006 saja pasar memperkirakan pertumbuhan ekonimi 5,8 persen dan jika pemerintah mengasumsikan 5,9 persen masih dapat diterima," kata Krisna. Namun, dia menyoroti tentang harga minyak yang dibawah harga pasar saat ini. "Walaupun saat ini tren-nya menurun, angka yang diajukan tersebut rasanya masih sulit tercapai," tegasnya. Sementara untuk asumsi yang lain masih dalam kisaran ekspektasi pasar. "Untuk suku bunga SBI 2006, mungkin pemerintah mengambil batas atas," tambahnya. (*)
Editor: Bambang
Copyright © ANTARA 2006