Jakarta (ANTARA) - Pendiri Lembaga Survei Indonesia (LSI) Denny JA, Denny Januar Ali, mengatakan teknologi survei dapat membantu untuk memprediksi hasil hitung suara dalam pemilihan umum secara cepat dan akurat.
"Teknologi dan perkembangan ilmu membuat kita dapat mengetahui suara rakyat dengan mudah. Tak hanya mudah, murah, tapi yang penting akurat," kata Denny di Jakarta, Kamis.
Hal tersebut dikatakan Denny karena hasil survei hitung cepat yang dilakukan oleh pihaknya terpaut tipis dengan hasil resmi yang dirilis Komisi Pemilihan Umum (KPU).
Denny pun memberikan perbandingan data yang dia milik dengan hasil dari KPU.
Berdasarkan data hitung cepat Denny JA, pasangan Prabowo--Gibran mendapatkan suara sebesar 58,47 persen sedangkan versi KPU sebesar 58,58 persen.
Untuk pasangan Anies Baswedan--Muhaimin Iskandar menurut hitung cepat pihak Denny sebesar 24,98 persen sedangkan versi KPU sebesar 24,95 persen.
Terakhir perolehan suara Ganjar Pranowo--Mahfud Md berdasarkan hasil hitung cepat Denny sebanyak 16,55 persen sedangkan versi KPU 16,47.
"Selisih totalnya hanya 0,07 persen saja. Selisih yang kecil sekali," ucap dia.
Dia menjelaskan hasil itu berdasarkan penelitian dari 1.200 responden, yang diambil berdasarkan metodologi yang ketat.
Selain itu, dari 823.220 TPS pihaknya hanya mengambil sampel sebanyak 2.000 TPS di seluruh Indonesia.
Tidak hanya soal survei hitung cepat, dia juga mengatakan prediksi survei perolehan suara yang dilakukan pihaknya hampir akurat.
Baca juga: Poliban penuhi kebutuhan industri di bidang geomatika dan survei
Baca juga: Survei tunjukkan tingginya permintaan 5G dan AI dari pelaku industri
Dia pun mencontohkan prediksi survei berdasarkan opini publik yang pihaknya lakukan pada 9 Februari 2024, atau lima hari sebelum pencoblosan.
Berdasarkan survei opini publik sebelum pencoblosan, pasangan Prabowo--Gibran dapat mencapai dukungan hingga 58,3 persen.
Sedangkan enam minggu kemudian berdasarkan hasil yang dirilis KPU, pasangan Prabowo--Gibran mencapai dukungan sebesar 58,58 persen.
"Hanya berselisih 0.28 persen. Ini selisih untuk survei opini publik sebelum hari pencoblosan, yang sangatlah minim," ujar dia.
Karenanya, dia berharap ke depan pemerintah dapat mempelajari setiap hasil survei untuk membaca isi hati masyarakat. Dengan demikian, pemerintah dapat mengambil setiap kebijakan dengan tepat sasaran.
"Suara mereka, harapan dan kekhawatiran mereka, mimpi dan keresahan mereka, sepatutnya memberi warna kebijakan publik pemerintahan yang terpilih, karena survei opini publik dari lembaga yang kredibel sudah dapat merekam the heart and the mind mereka secara tepat," tutur dia.
Pewarta: Walda Marison
Editor: Chandra Hamdani Noor
Copyright © ANTARA 2024