Pemanfaatan logam zirkonium sebagai substitusi hafnium...Biokompatibilitasnya yang baik diharapkan memiliki efek terapi yang lebih baik terhadap kanker paruJakarta (ANTARA) - Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) mengembangkan metode terapi penyakit kanker paru menggunakan material nanopartikel hidroksiapatit dan zirkonium yang melimpah di Indonesia.
“Cancer specific photosensitizer (PS) akan terakumulasi pada organ yang terdapat sel kanker. Setelah akumulasi terjadi, penyinaran dilakukan untuk memicu munculnya ROS yang akan menghancurkan sel kanker,” ujarnya dalam keterangan di Jakarta, Kamis.
Data Badan Internasional untuk Penelitian Kanker (IARC WHO) menyebutkan kanker menjadi penyebab kematian kedua tertinggi di dunia. Pada tahun 2020 sekitar 9,95 juta jiwa meninggal dunia akibat penyakit tersebut.
Baca juga: BRIN ungkap manfaat nuklir untuk diagnosa hingga terapi kanker
Peneliti Pusat Riset Teknologi Proses Radiasi BRIN Dani Gustaman Syarif mengatakan zirkonium yang tersebar di Indonesia, khususnya yang berada di Kepulauan Bangka Belitung dan Kalimantan, belum banyak digunakan untuk bahan maju bernilai tinggi.
Sementara itu ketersediaan hidroksiapatit juga melimpah di alam, terutama pada biomassa dari tulang hewan.
Hidroksiapatit nanopartikel (HAp-N) sebagai material host sangat cocok digunakan untuk doping logam sebagai drug deliver. Penggunaan teknik terapi fotodinamik dengan menggunakan HAp-N dan logam hafnium telah dilakukan pada hewan model kanker paru.
Baca juga: BRIN teliti minyak serei untuk obat antikanker
Dia berharap kombinasi antara nanopartikel zirkonium dan hidroksiapatit (Zr-HAp) serta radiasi gamma mampu menjadi salah satu metode alternatif pada terapi sel kanker paru yang efektif.
Terapi fotodinamik banyak digunakan pada terapi kanker yang terletak sekitar lapisan kulit dengan limitasi daya tembus cahaya tampak yang pendek.
Sinar berdaya tembus tinggi seperti sinar-X atau gamma banyak digunakan pada radioterapi, kata dia, karena dapat menjangkau organ dalam. Sinar berdaya tembus tinggi mampu memicu efek fotodinamik pada terapi fotodinamik, terutama kanker paru.
Baca juga: Peneliti BRIN kembangkan 'radio-fluorescent' untuk deteksi sel kanker
Pada tahun ketiga pengembangan inovasi bidang kesehatan tersebut didapatkan hasil HApZr yang terbukti memiliki potensi sebagai fotosensitizer untuk terapi fotodinamik pada kanker paru secara in-vitro dan in-vivo.
Dalam ji toksisitas akut menunjukkan tidak ada kematian dan gejala klinis yang muncul. Namun,potensi adanya sifat hepatotoksik perlu menjadi perhatian.
Baca juga: BRIN dan Universitas Padjajaran teliti terapi fotodinamik kanker paru
Pewarta: Sugiharto Purnama
Editor: Risbiani Fardaniah
Copyright © ANTARA 2024