Jakarta (ANTARA News) - Pagelaran Jakarta Fashion Week (JFW) 2014 yang berakhir pada Jumat (25/10) malam masih menyisakan pekerjaan-pekerjaan rumah bagi para perancang busana Tanah Air.

Menurut pengamat mode dan perancang busana, Lenny Agustin, para perancang masih harus bekerja untuk menjadikan fesyen sebagai bagian dari kehidupan masyarakat Indonesia.

Sampai sekarang, Lenny menuturkan, fesyen belum menjangkau seluruh kalangan masyarakat, baru menjadi bagian dari masyarakat kalangan ekonomi menengah ke atas.

"Fesyen memang masih belum membudaya di masyarakat kita dan ini PR buat desainer untuk membuat produk massal," kata Lenny kepada ANTARA di sela penutupan Jakarta Fashion Week 2014.

Menurut dia, hal itu antara lain terjadi karena kebanyakan perancang busana hanya mengarahkan produk mereka untuk kalangan menengah ke atas.

"Kebanyakan anak-anak muda kepinginnya jadi desainer papan atas. Sedangkan yang menengah ke bawah enggak digarap," katanya.

"Indonesia ini lebih luas menengah ke bawah. Dari desainernya sendiri belum ke arah sana. Nah itu sih kenapa masih belum membudayanya," tambah dia.

Masyarakat kebanyakan, menurut Lenny, umumnya membeli busana dari pasar-pasar konveksi seperti Tanah Abang, Jakarta Pusat, karena ingin menyesuaikan belanja pakaian dengan isi kantong.

"Jadinya memang mereka bukan memilih mode tapi membeli sesuatu yang pas dengan isi kantong mereka. Jadinya baju-baju mereka sesuai dengan selera pedagang di sana," ujar dia.

Menurut Lenny, sebagian perancang enggan menciptakan produk untuk kalangan menengah ke bawah di antaranya karena gengsi, belum tahu bisnis dan belum memiliki tim produksi kuat.

Kondisi yang berbeda terjadi di negara-negara seperti Jepang, Korea dan Thailand.

Menurut Lenny, para perancang busana di negara-negara itu tak segan membuat produk massal yang terjangkau oleh semua kalangan masyarakat.

Ia berharap nantinya acara semacam Jakarta Fashion Week mampu menarik minat semua kalangan masyarakat dan membuat mereka sadar fesyen.

Pewarta: Lia Wanadriani Santosa
Editor: Maryati
Copyright © ANTARA 2013