Jakarta (ANTARA) - Kementerian Kesehatan (Kemenkes) membeberkan edukasi soal pentingnya Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) hingga sosialisasi teknologi nyamuk dengan Wolbachia menjadi tantangan terkini pemerintah dalam mengatasi dengue (demam berdarah).
“Ada tantangan yang kita hadapi dalam penanggulangan dengue. Pertama masih belum optimalnya pengetahuan masyarakat soal PSN, soal dengue, kedua tentang budaya. Pemberantasan sarang nyamuk masih kurang optimal di masyarakat,” kata Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Kemenkes Imran Pambudi dalam talkshow di Jakarta, Kamis.
Imran menuturkan tantangan pertama yang pemerintah hadapi adalah upaya PSN belum menjadi kegiatan yang diprioritaskan oleh masyarakat. Terutama di daerah sehingga sosialisasi pecegahan maupun penanggulangannya masih harus terus digencarkan.
Baca juga: Kemenkes soroti cuaca panas terik berpotensi tingkatkan kasus dengue
Baca juga: Kemenkes targetkan kasus DBD turun lewat penyebaran nyamuk Wolbachia
Kemudian masalah lain datang dari penganggaran untuk program pencegahan dan pengendalian infeksi dengue baik di tingkat kelurahan/desa maupun kabupaten/kota yang masih kurang.
Sementara tantangan lain adalah inovasi strategi teknologi pengendalian dengue melalui Wolbachia dan vaksinasi dengue yang dianggap berbahaya oleh masyarakat. Menurut Imran selama masa pengembangannya, banyak yang beranggapan bahwa keduanya membawa dampak buruk bagi masyarakat.
Hoaks yang beredar, katanya, mencakup Wolbachia yang menyebabkan penyakit lain hingga vaksin yang mengandung chip untuk dimasukkan ke dalam tubuh.
Maka dari itu, Imran meminta agar masyarakat untuk tidak mempercayai informasi yang tidak dapat dipertanggungjawabkan dan mengikuti perkembangan teknologi terbaru mengatasi dengue melalui situs resmi pemerintah.
Guna mengatasi ketiga tantangan tersebut Kemenkes sudah melakukan sejumlah upaya. Dalam pengendalian PSN, Kemenkes melakukan revitalisasi pokjanal DBD di daerah, melakukan gerakan inovasi PSN 3M Plus hingga Gerakan 1 Rumah 1 Jumantik dan pemeriksaan jentik secara berkala.
“Penguatan komitmen melalui Koalisi Bersama Lawan Dengue (Kobar Lawan Dengue) bersama Komisi IX DPR RI juga terus kami lakukan,” kata Imran.
Terkait dengan anggaran, Kemenkes berupaya melakukan penguatan regulasi dan perencanaan daerah baik di tingkat peraturan daerah atau peraturan kepala daerah.
Bersama dengan bupati atau walikota, Imran mengaku sudah melakukan high level meeting untuk membahas penanggulangan dengue serta memperkuat kemitraan.
Sedangkan untuk mengatasi banyaknya hoaks terkait Wolbachia, Imran meminta media untuk bekerja sama bersama pemerintah mengedukasi masyarakat soal manfaat dan penggunaan Wolbachia.
Imran juga mengatakan Wolbachia telah dikembangkan di lima kota dan vaksin denguenya sendiri sudah dimasukkan ke dalam rekomendasi Komite Penasehat Ahli Imunisasi Nasional (ITAGI) dalam menangani dengue.
“Ini perlu kita dengungkan karena masyarakat sering tidak aware bahwa pemberantasan sarang nyamuk harus terus dilakukan dan pelaksanannya sendiri tidak perlu harus menunggu adanya kerja bakti,” ujar Imran.
Baca juga: Kemenkes kemukakan alasan Wolbachia baik untuk diterapkan di Indonesia
Baca juga: Target nol kematian akibat DBD 2030, Kemenkes gaet Biofarma dan Takeda
Baca juga: Kemenkes gencarkan edukasi tentang Wolbachia untuk cegah disinformasi
Pewarta: Hreeloita Dharma Shanti
Editor: Zita Meirina
Copyright © ANTARA 2024