... mengembalikan keceriaan mereka, menghilangkan trauma itu yang butuh waktu dan edukas... "
Jakarta (ANTARA News) - "Melihat hewan teraniaya, gue gak bisa tinggal diam," kata Doni Hendaru Tona, pendiri Animal Defender Indonesia.
"Dari kecil suka sama kucing, nemu kucing sakit bawa pulang, kucing ketabrak bawa pulang, kalo ada yang luka karena ditabrak atau disiram air panas gue rawat dirumah," kata Doni.
Doni bersama Animal Defender melakukan aktivitas mereka di lahan seluas 2.700 meter persegi yang mereka sewa di daerah Jati Jajar, Depok.
Bangunan teduh dengan rimbun tiga pohon mangga, serta tanah berumput yang tertutupi batu blok, yang biasa disebut shelter oleh Doni, adalah rumah singgah untuk ratusan hewan terlantar dan korban kekerasan pemiliknya.
Lahan serta rumah yang disewa dengan biaya Rp17 juta pertahun ini menjadi atap bagi Animal Defender melakukan aktivitasnya.
Organisasi yang berdiri sejak 2010 ini juga memiliki satu rumah singgah lagi, Di Ciledug, Tangerang Selatan.
Doni mengatakan, hal pokok yang menjadi tujuan organisasi ini adalah menyelamatkan hewan terlantar dan hewan korban kekerasan pemiliknya.
"Utamanya ada 3R, Rescue, Rehabilitation, Re-Home," kata Doni.
Untuk penyelamatan Animal Defender bertindak berdasarkan pelaporan dari warga, kemudian investigasi untuk memastikan dan terakhir di bawa ke shelter. Selain itu Doni dan rekannya juga berpatroli ke daerah-daerah yang rawan kekerasan hewan.
Doni menceritakan tidak semua penyelamatan berjalan mulus, beberapa pemilik yang kedapatan menyiksa hewan justru tidak ingin peliharaannya di selamatkan.
"Ada yang ditelantarkan tidak diberi makan tapi enggak boleh kami selamatkan, ada pula yang sampai memutilasi hewan piarannya, parah," kata Doni.
Doni mengungkapkan hal tersulit ketika ia menyelamatkan anjing di daerah Karawaci dan Bendungan Hilir, Jakarta, yang di nyaris di Mutilasi pemiliknya, meski sudah berbadan hukum kala itu pihak yang berwajib justru mempersulit langkahnya.
Fokus yang kedua adalah merehabilitasi hewan pasca kekerasan. Menurut Doni, ini adalah tahap tersulit dari rangkaian kegiatan Animal Defender.
"Rescue cuma bagian kecil, mengembalikan keceriaan mereka, menghilangkan trauma itu yang butuh waktu dan edukasi," kata pria 36 tahun ini.
Pada tahap ini Animal Defender dibantu oleh beberapa dokter hewan untuk mengobati dan memberikan vaksin secara rutin.
"Kita punya dokter hewan langganan, biayanya ya kadang dari kantong sendiri, kadang dari donatur, sekarang aja masih ada tunggakan utang di dokter," kata Doni kemudian tertawa.
Hal terakhir yang menjadi fokus aktivitas Animal Defender adalah Re-home atau adopsi. Animal Defender sangat selektif dalam memilihkan calon pemilik baru hewan pasca rehabilitasi.
Untuk mengadopsi, Animal Defender memberikan syarat utama memenuhi hak hidup hewan yakni, makan minum layak, waktu bermain dengan pemilik, tidak dikandangi dalam waktu yang lama, perawatan, bersedia di survey secara mendadak oleh tim Animal Defender.
Animal Defender juga tidak memberikan hewannya kepada orang yang cenderung memilih ras tertentu. Baginya memilih ras tertentu untuk di adopsi akan menjadi masalah jika dikemudian hari hewan tersebut tidak sesuai dengan keinginan pemilik.
"Kalo mau pilih-pilih ras, silahkan ke petshop. kalo butuh dan mau menolong ya jangan pandang ras," kata Doni yang berprofesi sebagai musisi.
Sejauh ini Animal Defender sudah melepas 300 anjing untuk di adopsi. Doni mengungkapkan bahwa jumlah kucing yang diselamatkan dan diadopsi jauh lebih banyak lagi.
"Sesuai budaya kita ya, memelihara kucing lebih diterima di masyarakat. Jumlah yang diselamatkan dan di adopsi sudah banyak sekali," kata Pria berkaca mata minus ini.
Umumnya hewan yang ada di dua rumah singgah Animal Defender adalah kucing dan anjing. Namun beberapa kali Animal Defender mengurus hewan lain, seperti kera sampai penyu.
"Sejauh ini kami fokus ke hewan domestik disekitar kita, anjing, kucing, kelinci, pernah juga monyet dan penyu," kata Doni.
"Dulu pernah ngurusin penyu, sudah kami lepas di Tanjung Lesung, kera yang terlepas juga pernah," tambah Doni.
Dalam sehari Animal Defender mengalokasikan dana sekitar Rp300-500 ribu untuk 20 Kg pakan hewan, itu belum termasuk biaya perawatan.
Doni mengatakan dana operasional tersebut berasal dari uang sendiri, donatur dan hasil ngamen seperti yang dilakukan Rabu (23/10) pada satu kafe di kawasan Kemang, Jakarta.
Saat ini Animal Defender sudah memliki 100 orang sukarelawan dan 20 diantaranya merupakan tim utama yang selalu siap menyelamatkan hewan kapanpun.
"Kami tidak peduli organisasi ini kelak akan membesar atau seperti apa, tapi dari tim utama yang kita punya akan berbuat sebaik mungkin, semoga kelak semua masyarakat bisa menghargai hidup hewan," kata Doni.
Pewarta: Alviansyah Pasaribu
Editor: Ade P Marboen
Copyright © ANTARA 2013