Solo (ANTARA) - Komisi X DPR RI berniat menjadikan Kota Solo, Jawa Tengah, sebagai model penggunaan bahasa ibu atau bahasa daerah untuk kegiatan sehari-hari.

Anggota Komisi X DPR RI Muhamad Nur Purnamasidi di sela kunjungan di Solo, Jawa Tengah, Kamis mengatakan Indonesia memiliki bahasa ibu, namun anak-anak zaman sekarang tidak memiliki pengetahuan tersebut.

"Anak-anak sudah tidak punya kemampuan untuk menggunakan bahasa ibu, yang kita sebut dengan bahasa daerah. Ini karena mereka tidak terliterasi, tidak ada tayangan di media sosial yang berbahasa ibu atau bahasa daerah sehingga makin hari mereka tertinggal jauh," katanya.

Oleh karena itu, pihaknya bersama dengan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) sedang berupaya agar anak-anak zaman sekarang terakses dengan bahasa ibu.

"Bagaimana misalnya bahasa pengantar di sekolah tingkat SD, SMP diberikan bahasa lokal, bahasa daerah, bukan hanya Bahasa Inggris. Selain itu, kita juga membangun literasi terkait bahasa daerah," katanya.

Baca juga: Komisi X usul formasi khusus guru bahasa daerah pada penerimaan PPPK

Menurut dia, salah satu yang bisa dilakukan adalah mencetak banyak buku bacaan soal bahasa daerah yang saat ini keberadaannya sudah jarang. Selain itu, yang perlu dilakukan adalah memperbanyak komunitas untuk membangun literasi bahasa daerah dan pengantar pakai bahasa daerah.

"Tadi saya sampaikan ke mas wali (Wali Kota Surakarta Gibran Rakabuming Raka) kalau bisa sehari dalam setahun di Solo orang diwajibkan bahasa daerah, siapapun termasuk turis. Mau nggak mau mereka belajar. Makanya kami ingin menjadikan Solo sebagai model yang berkarakter dan bisa ditiru oleh daerah-daerah lain," katanya.

Pada kesempatan yang sama, Sekretaris Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Kemendikbudristek Hafidz Muksin mengatakan Kemendikbudristek memiliki program Merdeka Belajar episode ke-17 yang berjudul revitalisasi bahasa daerah.

"Tujuannya menumbuhkan kecintaan, kemampuan anak dalam berbahasa daerah, namun bagaimana menumbuhkan itu jangan jadi beban," katanya.

Baca juga: DPR RI ingatkan keberadaan IKN jangan sampai hilangkan bahasa daerah

Ia mengatakan pendekatan yang dapat dilakukan yakni melalui lomba pidato bahasa daerah, mendongeng bahasa daerah, menulis cerpen bahasa daerah, komedi tunggal bahasa daerah, dan menyanyi bahasa daerah.

"Kemudian kita apresiasi di tingkat sekolah, dipilih mana yang terbaik untuk ikut festival tunas bahasa ibu tingkat kabupaten, yang terbaik kami tingkatkan jadi provinsi, kemudian ke nasional sehingga anak-anak termotivasi," katanya.

Sebagai bagian dari apresiasi, kata dia, juara tingkat nasional bisa masuk jalur prestasi untuk jenjang nasional berikutnya.

"Yang kedua, untuk menumbuhkan anak cinta sekolah di tingkat satuan pendidikan awal, bahasa pengantar pakai bahasa daerah atau bahasa ibu. Kajian oleh inovasi bahwa dengan menjadikan bahasa pengantar dengan bahasa ibu, anak-anak lebih paham ketimbang pakai bahasa Indonesia. Banyak istilah mereka lebih kenal dan lebih mudah dicerna," katanya.

Baca juga: Balai Bahasa Jateng: Pertahankan bahasa daerah dengan menggunakannya

Pada kesempatan yang sama, Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Surakarta Aryo Widyandoko mengatakan kunjungan Komisi X DPR RI ke Solo untuk melihat secara langsung kemajuan kebudayaan di bidang bahasa.

"Pemeliharaan bahasa kita lakukan dengan banyak hal, di sekolah ada muatan lokal Bahasa Jawa. Ada wayang dan dolanan Jawa. Jadi, soal pembinaan bahasa, termasuk manuskrip dan soal literasi," katanya.

Pewarta: Aris Wasita
Editor: Bambang Sutopo Hadi
Copyright © ANTARA 2024