"Melemahnya dolar AS terhadap mayoritas mata uang Asia masih akan membuat nilai tukar rupiah stabil walaupun tekanan permintaan impor menjelang akhir bulan biasanya membawa tendensi pelemahan jangka pendek," kata analis Samuel Sekuritas, Rangga Cipta.
Selain itu, lanjut dia, pasar juga akan mulai memfokuskan perhatian ke pengumuman inflasi Oktober dan neraca perdagangan September yang akan diumumkan awal November nanti.
Menurut dia, saat ini pemerintah terus berusaha memenuhi likuiditas dan menekan permintaan dolar AS.
Pemerintah juga sedang mempromosikan penjualan obligasi berdenominasi dolar AS yang akan diluncurkan kuartal IV tahun ini.
Pengamat pasar uang Bank Himpunan Saudara, Ruly Nova, menambahkan sentimen domestik masih menhjadi pendorong penguatan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS.
Pasar memproyeksikan inflasi Oktober 2013 ini tidak akan tinggi atau hanya di kisaran nol persen, dan kinerja neraca transaksi berjalan Indonesia periode September 2013 akan kembali surplus, katanya.
Sentimen dari eksternal, ia menjelaskan, juga masih negatif terhadap dolar AS sehingga mayoritas mata uang dunia mengalami penguatan, termasuk rupiah.
Ia memperkirakan dolar AS masih akan mengalami pelemahan jangka panjang karena kondisi ekonomi Amerika Serikat belum stabil setelah penghentian sementara sebagian kegiatan pemerintahannya.
Pewarta: Zubi Mahrofi
Editor: Maryati
Copyright © ANTARA 2013