Jakarta (ANTARA News) - Kepala Kepolisian Republik Indonesia (Kapolri), Jenderal Pol. Sutanto, meminta semua pihak di Tanah Air hendaknya mendukung upaya damai di Libanon, sesuai amanat resolusi Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) Nomor 1701 yang menyerukan gencatan senjata. "Dunia sudah menyerukan perdamaian, untuk apa minta dilatih lagi," katanya, usai mengikuti Rapat Koordinasi Bidang Politik, Hukum dan Keamanan (Polhukam) di Jakarta, Selasa, menanggapi pemintaan Majelis Mujahiddin Indonesia (MMI), agar TNI dan Polri melatih para mujahid yang akan diberangkatkan ke Libanon. Kapolri mengingatkan, kepedulian dan keprihatinan masyarakat Indonesia terhadap agresi militer Israel terhadap Libanon, yang mengakibatkan sekira seribu jiwa melayang, jangan sampai merugikan Indonesai sendiri atau malah menimbulkan konflik baru. "Indonesia mendasarkan politik luar negeri yang bebas aktif, dan dalam pembukaan UUD 1945 juga ditegaskan, kita wajib ikut mewujudkan perdamaian dunia yang abadi. Itu yang harus kita pegang," ujar Sutanto. Tentang kemungkinan meningkatnya aksi radikalisme dan militansi menyusul perkembangan di Timur Tengah, Kapolri menjamin tidak akan terjadi, karena masyarakat Indonesia memahami apa yang terjadi di Libanon bukan konflik berlatar agama. "Saya kira tidaklah, karena masyarakat sudah sadar apa yang terjadi di sana bukan konflik agama, banyak korban berjatuhan tidak saja dari kalangan muslim, tetapi juga non-muslim. Jadi, jangan sampai masyarakat memiliki penafsiran yang salah tentang apa yang terjadi di Libanon," tuturnya. Menanggapi pertanyaan pers mengenai antisipasi ancaman terorisme dalam beberapa bulan mendatang, Sutanto menegaskan pula, "Tentu kita waspadai, kita harapkan tidak terjadi, karena ekonomi kita akan terpuruk." Ia menambahkan, jangan sampai kelompok-kelompok yang bergerak dengan keyakinan yang dianggap benar sendiri berdampak terhadap kegiatan yang menimbulkan banyak korban. (*)

Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2006