Ike mengatakan bahwa membuat kebijakan yang mendukung keluarga dapat membantu menyeimbangkan pekerjaan dan kehidupan keluarga.
"Ini termasuk dukungan untuk cuti bagi ayah dan fleksibilitas jam kerja. Negara juga dapat memperkuat program pendidikan yang menyoroti pentingnya peran ayah dalam kehidupan anak-anak," kata Ike Anggraika di Kampus UI Depok, Rabu.
Baca juga: Optimalkan tumbuh kembang, sosok ayah perlu hadir di kehidupan anak
Hal ini, kata Ike, dapat mencakup kampanye kesadaran, seminar, dan program pendidikan yang ditujukan untuk ayah tentang pentingnya keterlibatan aktif dalam pendidikan dan pengasuhan anak-anak mereka.
Lebih lanjut, Ike menyampaikan berbagai rekomendasi kebijakan tersebut dapat meminimalisasi risiko anak tumbuh dalam lingkungan fatherless, yakni istilah yang digunakan untuk menggambarkan anak-anak yang dibesarkan tanpa kehadiran seorang ayah dalam keluarga mereka.
Menurutnya, Indonesia sangat mungkin termasuk dalam deretan negara dengan tingkat fatherless tinggi.
Anak-anak fatherless mungkin memiliki ayah, tetapi karena beberapa jenis pekerjaan membuat para ayah harus meninggalkan rumah dalam jangka waktu lama.
Beberapa jenis pekerjaan yang mengharuskan ayah bekerja jauh dari rumah, di antaranya pekerja migran, pekerja sektor transportasi/pelayaran, pekerja kontrak/proyek yang harus tinggal di lokasi proyek untuk periode tertentu, dan pekerja sektor informal, seperti buruh bangunan, tukang becak, dan lain-lain.
Ike mengatakan fatherless lebih banyak berkaitan dengan pekerjaan ayah yang jauh dari rumah, sehingga hal utama yang perlu dilakukan oleh negara adalah membuka lebih banyak peluang untuk pekerjaan yang stabil dan layak bagi ayah, termasuk menggalakkan pelatihan dan pengembangan keterampilan serta akses yang lebih baik ke pekerjaan formal.
Baca juga: BKKBN: Fenomena fatherless pengaruhi pembentukan ketahanan keluarga
Baca juga: Pentingnya ayah luangkan waktu untuk anak meski WFH
Selain karena jenis pekerjaan ayah yang harus meninggalkan keluarga cukup lama, anak juga bisa tidak memiliki ayah, karena ayahnya meninggal dunia, ayah tidak hadir secara fisik atau emosional dalam mengasuh dan membesarkan anak, atau ayah tidak pernah ada dalam kehidupan anak sama sekali.
Dalam beberapa kasus, terdapat ayah biologis yang meninggalkan, menelantarkan atau tidak mengakui anaknya.
Padahal, kehadiran ayah dalam keluarga berpengaruh secara positif terhadap pertumbuhan dan perkembangan anak.
Keberadaan ayah secara stabil dalam kehidupan anak penting bagi perkembangan emosional anak karena dapat memberikan stabilitas, perlindungan, dan rasa aman.
Pewarta: Feru Lantara
Editor: Endang Sukarelawati
Copyright © ANTARA 2024