"Saya serahkan kepada pemerintah daerah dan kementerian pendidikan untuk membuat payung hukum tentang budaya banjar, masuk dalam muatan lokal pendidikan sekolah," kata Presiden Yudhoyono di Banjarmasin, Kalimantan Selatan, Kamis.
Hal itu disampaikanya usai mendapatkan gelar adat Banjar tertinggi dari Lembaga Budaya Banjar yaitu "Tutuha Banua Nang Batuah" yang berarti orang yang dituakan, yang memiliki pengaruh, berwibawa, dan dihormati masyarakat.
Penganugerahan tersebut dilangsungkan di Gedung Mahligai Pancasila, Banjarmasin, Kalimantan Selatan, sebagai salah satu rangkaian acara pembukaan Kongres Budaya Banjar ke III.
Menurut Presiden, Indonesia memiliki adat istiadat dan budaya yang luar biasa yang dipengaruhi dari tiga budaya besar dunia, yaitu budaya timur, Islam, dan barat.
Perbaduan ketiga budaya besar tersebut, berkembang dan telah mampu memberikan identitas kepada bangsa Indonesia sebagai negara yang besar dan kaya akan budaya dan adat istiadat.
Hal tersebut harus terus dipelihara dan dikembangkan sebagai potensi dan modal sosial sebagai negara yang maju dan terhormat serta bermartabat.
"Saya mengenal masyarakat banjar memiliki nilai budi pekerti luhur dan budaya yang mulia dan tradisi syarat nilai religi," katanya.
Masyarakat Banjar juga memiliki berbagai budaya seperti adat istiadat, bahasa, dan sastra, arsitektur, madam atau merantau, hingga budaya kuliner.
Budaya banjar memiliki basis kuat sebagai budaya dan ekonomi kreatif yang memadukan kreatif seni dan teknologi, sehingga kongres budaya banjar penting untuk melestarikan nilai-nilai budaya Banjar.
Presiden juga berharap, pemerintah selalu memberikan perhatian kepada kelompok permukiman terpencil dan masyarakat pedalaman, untuk berperan aktif dalam melestarikan budaya Banjar.
"Kita tidak boleh membiarkan budaya Banjar tergerus oleh budaya global, sehingga budaya lokal yang positif harus terus dikembangkan sebagai identitas bangsa dan daerah," katanya.
Masyarakat Banjar memiliki budaya yang khas dan unik, tambah Presiden, akan menjadi nilai unggulan untuk menghadapi serangan budaya global yang makin mengemuka sekarang ini.
Kongres budaya Banjar III, bukan hanya dihadiri oleh warga Kalimantan Selatan di Banjarmasin, tetapi juga warga Banjar yang kini menetap di berbagai daerah di seluruh nusantara bahkan juga dari Brunai Darussalam dan Malaysia.
Penganugerahan gelar adat tersebut dilaksanakan dalam prosesi upacara yang diiringi dengan Maulid Habsy, musik tradisional dengan menggunakan rebana dan diikuti nyanyian berupa pemujaan kepada yang maha kuasa.
Ketua Lembaga Adat Suryansyah Idham secara langung memimpin anugerah gelar tersebut dengan memakaikan selendang Tali Wanang ke Presiden Yudhoyono.
Pewarta: Ulul Maskuriah
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2013