"Saya berangkat pukul 08.00 WIB dari Cicurug dan baru sampai Parungkuda sekitar pukul 12.00 WIB lebih," kata salah seorang sopir mobil yang melintas di kawasan itu, Eman, Kamis.
Ia mengatakan kemacetan terjadi mulai dari Kecamatan Cicurug hingga Parungkuda, tempat di mana para buruh menggelar unjuk rasa.
"Biasanya dari Cicurug sampai Parungkuda hanya setengah jam, tapi karena ada unjuk rasa yang mengakibatkan macet sehingga harus memakan waktu sekitar empat jam lebih," keluhnya.
Kemacetan tersebut disebabkan oleh unjuk rasa buruh dengan melakukan long march sehingga setengah badan jalan digunakan oleh mereka," kata Eman.
Memang benar, dari pantauan, ribuan buruh dari Gabungan Serikan Buruh Independen melakukan long march dari Cicurug hingga Lapang Bojongkokosan, Kecamatan Parungkuda. Mereka beriringan menggunakan sepeda motor, menyewa angkutan umum, dan juga truk.
Iring-iringan panjang itu membuat arus kendaraan dari Bogor menuju Sukabumi maupun sebaliknya terjebak macet.
Aksi buruh kemudian dipusatkan di Lapangan Monumen Perjuangan Palagan, Bojongkokosan.
"Kami menuntut kepada pemerintah agar upah minimum Kabupaten Sukabumi pada 2014 disahkan Rp2,2 juta karena disesuaikan dengan kebutuhan hidup layak sebesar Rp2.290.961," kata koordinator aksi, Dadeng Nazarudin, dalam orasinyanya.
UMK Sukabumi sekarang Rp1,2 juta, menurut Dadeng, belum cukup untuk memenuhi kebutuhan para buruh karena harga-harga kebutuhan pokok sudah naik.
Para buruh mengaku akan menggelar aksi besar-besaran bahkan mogok kerja dari 28 hingga 30 Oktober bila tuntutannya itu tidak dipenuhi.
Pewarta: Aditya A Rohman
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2013