Banjarmasin (ANTARA News) - Presiden Susilo Bambang Yudhoyono mendapatkan anugerah gelar adat Banjar tertinggi tutuha banua nang batuah yang berarti orang yang dituakan, yang memiliki pengaruh, berwibawa, dan dihormati masyarakat, dari Lembaga Budaya Banjar.
Penganugerahan tersebut dilangsungkan di Gedung Mahligai Pancasila, Banjarmasin, Kalimantan Selatan, Kamis pagi, sebagai salah satu rangkaian acara pembukaan Kongres Budaya Banjar ke III.
Anugerah gelar adat tersebut dilaksanakan dalam prosesi upacara yang diiringi dengan Maulid Habsy, musik tradisional dengan menggunakan rebana dan diikuti nyanyian berupa pemujaan kepada yang maha kuasa.
Ketua Lembaga Adat Suryansyah Idham secara langung memimpin anugerah gelar tersebut dengan memakaikan selendang Tali Wanang ke Presiden Yudhoyono.
Presiden dalam sambutannya seusai pemberian gelar tersebut mengatakan, dirinya berterima kasih atas gelar yang dianugerahkan kepadanya.
"Anugerah gelar budaya Banjar ini pada hakekatnya saya persembahkan kepada seluruh masyarakat Indonesia. Insyaalah anugerah gelar yang luar biasa ini dapat mendorong semangat dalam memberikan pengabdian terbaik kepada masyarakat, bangsa dan negara," kata Presiden.
Presiden juga mengingatkan agar masyarakat banjar memelihara budaya dan adat istiadat sebagai jati diri bangsa.
Presiden menutup sambutannya dengan sebuah pantun. "Bunga selasiah yang tumbuh di tanah datar tak pernah layu. Terima kasih saudara-saudara masyarakat Banjar, thank you," kata Presiden disambut derai tawa para hadirin.
Sementara itu, Gubernur Kalimantan Selatan dalam sambutannya mengatakan, "Gelar tersebut diberikan kepada orang terpilih yang dinilai yang dianggap behasil atau berjasa yang mampu menentramkan masyarakat sehingga menjadi inspirasi kehidupan."
Ia menambahkan, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dinilai telah mampu dan berjasa dalam menjadikan masyarakat hidup tentram dan menjadi inspirasi.
Ia berharap gelar kehormatan yang diterima Presiden dapat berdampak kepada kehidupan masyarakat dalam menjaga dan memelihara perdamaian dan toleransi.
Pewarta: Muhammad Arief Iskandar
Editor: Desy Saputra
Copyright © ANTARA 2013