Jakarta (ANTARA) - Pengamat terorisme, Hamli meminta media massa untuk tidak melakukan glorifikasi terhadap paham radikal terorisme guna mencegah cikal bakal gerakan terorisme di Indonesia.
Pasalnya, kata dia, media massa memiliki peran yang sangat penting dalam menyebarkan paham radikal terorisme kepada masyarakat, sehingga pemberitaan media massa seharusnya mengenai permasalahan paham tersebut.
"Beri tahu masyarakat permasalahan mengenai cikal bakal suatu paham menuju terorisme. Meski tidak semuanya berujung ke terorisme, paling tidak masyarakat harus memiliki pengetahuan," ujar Hamli dalam Diskusi Kelompok Forum terkait Peran Media Massa dalam Pencegahan Paham Radikal Terorisme di Jakarta, Selasa.
Tak hanya peran media massa, dirinya menuturkan peran masyarakat juga penting dalam mencegah paham radikal terorisme, salah satunya dengan tidak menjauhi orang yang terkontaminasi paham radikal.
Hamli mengatakan jika terdapat orang yang terkontaminasi paham radikal tertentu, sebaiknya dirangkul dan diajak berdiskusi dengan baik karena apabila orang tersebut semakin jauh, maka akan berpeluang besar semakin terkena paham tersebut.
"Orang-orang seperti ini jangan dipojokkan, rangkul saja dan ajak berdiskusi baik-baik," tutur Direktur Pencegahan BNPT RI tersebut.
Partisipasi media massa dan masyarakat, kata dia, bisa mencegah paham radikal terorisme dari hulu. Sementara dari hilir, Hamli menuturkan Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) bersama Detasemen Khusus (Densus) 88 Antiteror Polri yang akan menangani pencegahan paham itu.
Ia berharap BNPT dan Densus 88 bisa lebih fokus dengan kestabilan kondisi Indonesia yang saat ini menyandang status nol kasus terorisme. Kondisi tersebut, kata dia, diharapkan berlanjut sepanjang tahun ini hingga seterusnya.
Hamli menuturkan tidak adanya kasus terorisme belakangan ini di Indonesia tidak hanya membuta masyarakat tenang, namun juga menyebabkan kepercayaan negara lain meningkat. Menurutnya, kondisi keamanan itu berimplikasi kepada derasnya investasi yang masuk ke tanah air.
"Jadi kita tidak perlu lagi khawatir seperti dahulu. Kalau ada bom seperti bom Bali dulu kan kita takut juga," katanya menambahkan.
Baca juga: BNPT RI cegah paham radikal terorisme melalui pemberdayaan masyarakat
Baca juga: BNPT tegaskan motif terorisme politik bukan agama
Pewarta: Agatha Olivia Victoria
Editor: Budi Suyanto
Copyright © ANTARA 2024