Butuh upaya keras
Dari tunggal putra, ada Anthony Ginting dan Jonatan Christie, sedangkan Gregoria Mariska Tunjung kemungkinan besar mengambil jatah tunggal putri.
Sementara pada ganda putra, meskipun ada empat pasangan yang masuk 16 besar peringkat "Race to Paris", Fajar Alfian/Muhammad Rian Ardainto (8) sudah hampir pasti mewakili Indonesia. Satu jatah lagi diperebutkan oleh Muhammad Shohibul Fikri/Bagas Maulana (10) dan Leo Rolly Carnado/Daniel Martin yang berperingkat 12, sedangkan Mohammad Ahsan/Hendra Setiawan masih berada pada peringkat 16.
Tempat ganda putri kemungkinan besar diisi Apriyani Rahayu/Siti Fadia Silva Ramadhanti, namun kuota ganda campuran masih harus diperjuangkan lagi oleh Rinov Rivaldy/Phita Haningyas Mentari, yang pekan ini bertanding lagi dalam Swiss Open.
Sementara itu, berdasarkan peringkat sementara "Race to Paris" yang sama, China kemungkinan menempatkan masing-masing dua wakil dalam semua dari lima nomor bulu tangkis.
Itu artinya mereka kemungkinan bisa menempatkan dua pemain masing-masing dalam tunggal putra dan putri, dan dua pasangan pada semua nomor ganda. Ini terjadi karena pemain-pemain China rata-rata berperingkat tinggi, bahkan dua ganda putri dan dua ganda campuran negara ini masuk tiga besar dalam daftar peringkat BWF.
Baca juga: PBSI prioritaskan tiga nomor untuk rebut medali Olimpiade Paris
Apa yang dicapai China bisa menjadi bahan pelajaran Indonesia bahwa kuat dalam semua nomor, membuat kemungkinan memperoleh medali menjadi lebih besar lagi. Ini terutama untuk sektor putri.
Untuk itu haru ada upaya lebih dalam meningkatkan kekuatan dan kualitas bulu tangkis putri. Juga, pada ganda campuran.
Memang tak cukup waktu untuk mengejar kuota Olimpiade 2024, tapi ini bisa menjadi pemikiran besar untuk mempersiapkan diri menghadapi Olimpiade setelah Paris 2024.
Tapi tentu saja tidak hanya demi Olimpiade, karena turnamen-turnamen lain sama pentingnya dengan Olimpiade. Yang pasti menjadi kuat dalam semua sektor jauh lebih bagus dan lebih menguntungkan posisi Indonesia.
Namun begitu, butuh upaya luar biasa keras dari semua pemangku kepentingan. Mungkin memakan waktu agak lama, tapi yang penting dimulai dari sekarang.
Baca juga: 30 tahun menanti, tunggal putra "All Indonesian Final" di All England
Baca juga: Konsistensi untuk merawat tradisi emas Olimpiade
Copyright © ANTARA 2024