"Sudah 57 butir yang kami hitung, masih ada lagi di bawah lubang dalam tanah," kata Iin Swasta, warga yang menemukan telur itu, Rabu.
Ia menuturkan, penemuan telur-telur itu setelah ia membuka areal sawah tadah hujan yang sudah lima tahun ditinggalkan sehingga penuh semak.
Untuk mempercepat pembersihan lahan yang rencananya akan ditanami padi, ia membakar areal tersebut dan setelah terbakar habis, ditemukan telur-telur bertumpuk di satu lokasi.
"Ukurannya lebih besar dari telur angsa, kami menduga kuat telur ular, bukan buaya, karena di sekitar ini tidak ada sungai," tambahnya.
Dugaan itu diperkuat dengan pengakuan sejumlah warga yang pernah melihat keberadaan ular piton di lokasi itu.
Saat ini kata Iin, ia sudah meninggalkan areal garapan dan meninggalkan telur-telur itu karena takut ular piton akan muncul.
"Sebagian sudah pecah mungkin karena terbakar, dan sebagian masih utuh, tapi mungkin sudah rusak karena terkena panas api," katanya.
Kepala Seksi Wilayah II Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Bengkulu Jaja Mulyana saat dikonfirmasi mengatakan belum mendapat informasi tentang keberadaan puluhan telur ular piton itu.
"Kami segera koordinasikan dengan Resor Seluma tentang penemuan telur-telur itu, dan memastikan itu telur ular atau bukan," katanya.
Pewarta: Helti Marini Sipayung
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2013