Jakarta (ANTARA News) - Mantan Petinggi Gerakan Aceh Merdeka (GAM), Malik Mahmud, mengatakan pasca satu tahun kesepakatan damai Helshinki, perdamaian sudah dirasakan masyarakat Aceh secara merata hingga ke pelosok desa di provinsi Nanggroe Aceh Darussalam (NAD). "Untuk pertama kalinya rakyat Aceh bisa bernafas lega. Perdamaian sudah merata di seluruh Aceh, di kampung-kampung terpencil sudah ada kedamaian," kata Malik Mahmud, seusai menerima Gelar Kehormatan Adat di Pendopo Gubernuran NAD, Banda Aceh, Selasa. Dalam pidatonya yang untuk pertama kalinya menggunakan bahasa Indonesia, Malik minta pemerintah tetap bisa menjaga dan melanjutkan pembangunan di Aceh. Kemajuan di Aceh tambahnya juga merupakan kemajuan dari seluruh bangsa Indonesia. Menurut Malik, dengan sudah adanya kedamaian, Aceh akan menuju masa depan yang cerah dan dapat membangun menurut aspirasi rakyat Aceh yang selam 30 tahun ini telah hilang. Untuk itu, tambahnya, Malik minta "kita semua bertekad dan berdoa kepada Allah. Kita akan jaga perdamaiaan ini untuk selamanya," kata Malik dengan mengenakan pakaian lengkap Adat NAD dan kopiah meukutop beserta senjata rencongnya. Pada kesempatan tersebut Malik juga menyebutkan keberhasilan kesepakatan damai MoU Helshinki bisa terwujud karena adanya kesungguhan dan kejujuran, terutama dari Presiden Susilo Bambang Yudhoyono serta Wapres Jusuf Kalla, dan juga peran dari Direktur Crisis Management Inisiative (CMI) Martii Ahtisaari serta para tokoh GAM. "Sesungguhnya ini semua (MoU Helshinki) terjadi karena kejujuran dan kesungguhan Presiden Susilo Bambang Yudhyono serta Wapres Jusuf Kalla ditambah peran dari seorang mediator Martii Ahtisaari untuk mencari penyelesaian konflik. Selain itu juga peran dari kedua belah pihak pemerintah Indonesia dan GAM," kata Malik. Masyarakat NAD memberikan Gelar Kehormatan Adat kepada Presiden CMI Martii Ahtisaari beserta isteri, Wapres Jusuf Kalla beserta Ny Mufidah, Menkum dan HAM Hamid Awaludin beserta isteri, Menkominfo Sofyan Djalil beserta isteri, Panglima TNI, Malik Mahmud, Zaini Abdullah, Dr Farid Husien, serta John Christensen. Acara tersebut juga disaksikan para anggota Aceh Monitoring Mission (AMM), Menlu Hasan Wirajuda dan AM Fatwa. Sementara itu, Wapres Jusuf Kalla yang berpidato setelah Malik Mahmud, berharap bahwa perdamaian di Aceh merupakan perdamian abadi. Dalam pandangan Wapres, tujuan uatama dari itu semua adalah untuk tidak saling membenci. "Mudah-mudahan kedamaian ini akan menjadi kedamaian abadi," kata Wapres Jusuf Kalla yang juga mengenakan pakaian lengkap Adat NAD. Wapres juga mengatakan perjalanan kesepakatan damai selama satu tahun ini telah membuktikan bahwa apa yang ditanda tangani dalam MoU Helsinki telah ditaati. Dan apa yang telah dijanjikan (dalam MoU) tambahnya akan dilaksanakan oleh pemerintah. Selain pemberian gelar kehormatan adat, pada kesempatan tersebut masyarakat Aceh juga memberikan penghargaan khusus kepada para tokoh yang dinilai berjasa dalam proses kesepakatan damai di Aceh. Beberapa tokoh yang memperoleh pengahargaan antara lain, Hasan Tiro, Menko Pol Hukam Widodo AS, Menlu Hasan Wirajuda, Zakir Manaf, Zakria Zaman, Endang Suwarya, Bambang Darmono, serta Azwar Abubakar. Acara tersebut juga disaksikan oleh para anggota Aceh Monitoring Mission (AMM), Menlu Hasan Wirajuda, AM Fatwa serta mantan petingga GAM lainnya dan muspida Aceh dan ratusan wartawan media cetak maupun eletronik dari dalam maupun luar negeri. (*)
Copyright © ANTARA 2006