Jakarta (ANTARA News) - Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS di pasar spot antar-bank Jakarta, Selasa Pagi, melemah di atas level Rp9.100 per dolar AS menjadi Rp9.102/9.015 dibandingkan dengan penutupan hari sebelumnya Rp9.090/9.095 atau mengalami penurunan 12 poin. "Rupiah melemah akibat pelaku lokal masih berspekulasi membeli dolar AS di pasar setempat, meski sejumlah indikator ekonomi makro Indonesia cukup baik," kata analis Valas PT Panin Bank, Jasman Ginting, di Jakarta, Selasa. Dia mengatakan pelaku lokal tak mengindahkan faktor positif dari pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia pada kuartal kedua yang mencapai 5,22 persen lebih baik dibanding kuartal pertama 2006 yang hanya berkisar 4,7 persen. Pertumbuhan PDB yang lebih baik itu dipicu oleh belanja pemerintah yang meningkat mencapai 31,38 persen, ekspor barang dan jasar sekitar 11,30 persen dan konsumen rumah tangga sekitar 2,99 persen, katanya. Pelaku lokal, lanjut Jasman Ginting, hanya melihat merosotnya investasi asing di dalam negeri yang mencapai 0,98 persen, sehingga mereka cenderung memburu dolar AS, meski pelaku asing melepasnya sambil menunggu munculnya data inflasi AS. Apabila data inflasi AS keluar yang menunjukkan kenaikan, maka diperkirakan bank sentral AS (The Fed) kemungkinan besar akan kembali menaikkan tingkat suku bunga AS setelah pada pertemuan awal Agustus, The Fed tidak menaikkan suku bunganya, katanya. Dolar AS terhadap yen turun jadi 116,50 dari sebelumnya 116,70, euro naik jadi 1,2725 dolar AS dan euro turun jadi 148,25 yen. Rupiah, menurut dia, masih berpeluang untuk menguat lagi, apabila sektor perbankan sudah dapat menyalurkan kredit kepada masyarakat yang menunjukkan fungsi intermediasi perbankan berjalan dengan baik dan memicu ekonomi nasional makin berkembang. Perbankan saat terlihat agak sulit untuk terus menurunkan tingkat suku bunga, terutama bunga pinjaman, karena pertumbuhan masih belum berkembang dengan baik, meski pemerintah telah mentargetkan pertumbuhan sedikit lebih besar menjadi 5,2 persen dari sebelumnya 4,7 persen, ucapnya. Mengenai merosotnya dolar AS itu, dia mengatakan karena pelaku pasar menunggu keluarnya data inflasi AS yang diperkirakan meningkat dan berpengaruh terhadap bank sentral AS untuk segera menaikkan suku bunganya kembali. Karena pelaku asing cenderung berspekulasi melepas dolar AS ketimbang membeli, maka mata uang asing itu agak terpuruk, katanya. Kondisi ini juga berpengaruh terhadap harga saham di pasar Asia, seperti indeks Nikkei turun 0,04 persen dan indeks SP/ASX 200 naii 0,04 persen, katanya. (*)

Copyright © ANTARA 2006