Amata artinya timeless, seperti harapan dari desain kami yang tidak akan lekang dimakan waktu."
Jakarta (ANTARA News) - Amata, salah satu brand fashion asal Thailand, mempersembahkan koleksi manis nan feminin di perhelatan Jakarta Fashion Week 2014.
Koleksi Spring Summer 2014 yang dipamerkan khusus untuk pagelaran di Jakarta itu terinspirasi dari kisah Matthanapatha, cerita tentang seorang perempuan dikutuk menjadi mawar karena enggan mencintai seseorang yang bukan pilihannya.
Kutukan itu akan berakhir bila dia menemukan cinta sejati.
Kisah metamorfosis dari seorang perempuan menjadi mawar itulah yang ditampilkan karya dari perancang Kanyakom Kunakorn dan Tanut Chotirosvakin.
Gaun-gaun dari bahan cotton satin, silk chiffon, dan organza memvisualisasikan helai kelopak-kelopak mawar di setiap rancangan, ada yang dibuat dari bordiran, ada pula dari foldong crystal plate.
Warna pastel seperti putih, nude, old rose, pink pucat, dan merah mawar menghiasi koleksi brand yang baru pertama kali mengikuti ajang fashion Jakarta itu.
Beragam busana feminin Amata seperti gaun pendek off white dengan hiasan mawar senada di bagian dada dan menyilang ke samping disambut dengan aksen draperi, lalu dress pink pucat yang bagian depannya pendek namun bagian belakangnya menjuntai seperti duyung dengan aksen draperi di kedua sisi pinggang serta taburan kelopak bunga dan hiasan pita di dada, dan akhirnya metamorfosis sempurna mawar lewat gaun panjang merah mawar dengan aksen satu bunga besar di bagian depan yang menjadi daya tarik busana tersebut.
"Amata artinya timeless, seperti harapan dari desain kami yang tidak akan lekang dimakan waktu," ujar sang perancang sebelum pagelaran busana semalam.
Dia menjelaskan, rancangan Amata menggabungkan unsur modern dan vintage yang ingin merepresentasikan kepribadian perempuan Bangkok.
"Perempuan yang sopan, manis, penghubung dunia tropis dan cosmopolitan," lanjutnya.
Dia juga menyatakan keinginannya untuk menyasar target konsumen Indonesia dan ini merupakan kesempatan untuk menjajaki dunia mode tanah air. (*)
Pewarta: Nanien Yuniar
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2013