Jakarta (ANTARA News) - Mata uang rupiah pada Senin sore kembali meningkat nilainya ke posisi Rp10.890 per dolar AS didorong oleh ekspektasi pasar uang bahwa the Fed akan menunda pengurangan (tapering) stimulus keuangannya.
Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Senin sore menguat nilainya sebesar 218 poin menjadi Rp10.890 dibanding sebelumnya (18/10) di posisi Rp11.108 per dolar AS.
"Dolar AS kembali tertekan terhadap mayoritas mata uang dunia, termasuk pada rupiah seiring dengan meningkatnya ekspektasi bahwa the Fed akan menunda pengurangan stimulus keuangannya," kata Kepala Riset Monex Investindo Futures, Ariston Tjendra di Jakarta, Senin.
Ekspektasi itu, menurut dia, menyusul kebuntuan negosiasi anggaran AS pada awal bulan ini sehingga memicu penutupan sebagian (partial shutdown) layanan pemerintah.
"Kekhawatiran tentang dampak negatif `shutdown` terhadap ekonomi AS, sehingga ekspektasi penundaan `tapering` oleh the Fed telah menempatkan dolar AS di bawah tekanan, dan membuka jalan bagi mata uang lainnya memiliki ruang penguatan," kata dia.
Meski demikian, lanjut dia, investor juga masih mewaspadai menjelang publikasi serangkaian data ekonomi AS yang akan kembali dirilis paska normalnya aktivitas pemerintahan di AS.
Sementara itu, kurs tengah Bank Indonesia pada hari Senin ini, tercatat mata uang rupiah melemah menjadi Rp11.358 dibanding sebelumnya (18/10) di posisi Rp11.308 per dolar AS.
Pewarta: Zubi Mahrofi
Editor: Desy Saputra
Copyright © ANTARA 2013