"Saya gusar setelah ada tahu isu-isu tersebut, saya telepon Marciano (Kepala BIN,-red) untuk menjelaskan soal berita ini," kata Subur di Jakarta, Senin.
Dia menegaskan tidak ada penjemputan oleh petugas BIN.
Pakar Antropologi Politik Universitas Indonesia itu mengatakan dirinya datang langsung ke kantor BIN bersama rombongan yang terdiri dari sejumlah politisi dan aktivis.
"Soal agendanya tak perlulah dibicarakan di sini, tapi saya memang datang dan mau bertemu dengan kepala BIN," katanya. Subur tidak menjelaskan politisi dan aktivis yang ikut dengannya ke BIN.
Subur menjelaskan dirinya tiba di Kantor BIN pada Jumat, pukul 10.00 WIB untuk menemui Kepala BIN Marciano Norman. Dia mengatakan dirinya menunggu pertemuan dengan Marciano hingga 11.30 WIB.
"Namun, ternyata diinformasikan oleh BIN bahwa Marciano harus menemui Presiden, jadi pertemuan itu tidak jadi, dan saya langsung ke bandara, mau ke Pontianak," ucapnya.
Subur langsung menuju bandara karena dia tidak mengetahui secara pasti mengenai informasi undangan diskusi yang disampaikan oleh Ketua Presidium PPI Anas Urbaningrum melalui layanan "Blackberry Messenger".
Undangan tersebut baru dilihat Subur pada Jumat siang, setelah dirinya memutuskan untuk meninggalkan kantor BIN dan pergi ke Pontianak, Kalimantan Barat.
"Undangan itu disampaikan melalui BBM. Saya sudah jarang menengok Blackberry saya ini, dan ketika tahu ada undangan dari Anas, saya iya-iya saja, tapi tidak mengetahui jadwal diskusi itu," jelas Subur.
Menurut Subur, dirinya datang ke kantor BIN pada Jumat pagi dengan mobil pengawalan.
Subur menduga hal tersebut yang membuat pengurus PPI M. Rahmad dan Sri Muryono mengira dirinya dijemput BIN.
Subur pada Jumat dijadwalkan menjadi pembicara pada diskusi "Dinasti versus Meritokrasi Politik" pada Jumat (18/10) di Rumah Pergerakan PPI, Duren Sawit, Jakarta.
Pewarta: Indra A Pribadi
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2013