Beirut (ANTARA News) - Komandan pasukan Perserikatan Bangsa-Bangsa di Libanon hari Senin mengadakan pertemuan gabungan dengan perwira tentara Libanon dan Israel untuk membahas penarikan serdadu Israel dari Libanon selatan dan penempatan tentara Libanon di wilayah itu, kata jurubicara badan dunia tersebut.
"Panglima Unifil Jenderal Alain Pellegrini telah bertemu dengan wakil utama tentara Libanon dan Israel pada siang tadi (pukul 16.00 WIB)," kata jurubicara Perserikatan Bangsa-Bangsa Milos Struger dalam pernyataannya.
"Mereka membahas penarikan balatentara Israel dan penempatan pasukan Libanon di Libanon selatan," katanya dikutip media transnasional.
Mereka juga membicarakan pelaksanaan kesepakatan gencatan senjata, yang diprakarsai Perserikatan Bangsa-Bangsa, yang menghentikan kekerasan mulai pukul 12.00 WIB hari Senin, katanya.
Kesepakatan itu sejalan dengan Resolusi Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa nomor 1701, yang disetujui dengan suara bulat pada hari Jumat, dan yang menyeru penghentian sepenunya kekerasan, penempatan pasukan Libanon dan Perserikatan Bangsa-Bangsa di Libanon selatan dan penarikan balatentara Israel dari wilayah itu secara bersamaan.
Pertemuan itu berlangsung di perbatasan, Ras Naqura, guna mengalihkan wilayah Libanon, yang kini dikuasai Israel.
Sesuai dengan tuntutan resolusi untuk mengahiri perang lima pekan itu, Libanon setuju mengirim 15.000 tentara ke selatan bersama dengan pasukan Unifil, yang diperluas.
Israel berjanji menarik balatentaranya keluar Libanon selatan bila pasukan tersebut tiba, tapi beberapa serdadu Israel ditarik pada hari Senin.
Unifil menyatakan melakukan ronda ke seluruh wilayah itu untuk memantau penghentian kekerasan, yang --kecuali kejadian di daerah terpencil-- tampak secara umum terlaksana.
Menteri Pertahanan Israel Amir Peretz mengatakan kepada parlemen negara Yahudi itu, "Kami membuka kerjasama dengan sumber di Unifil untuk memulai pengalihan kekuasaan atas wilayah tersebut."
Wanita jurubicara balatentara Israel menyatakan satu batalion sudah meninggalkan Libanon sesudah gencatan senjata dukungan Perserikatan Bangsa-Bangsa berlaku.
Satu batalion serdadu Israel pada umumnya mencakup 800 hingga 1.000 orang.
Ribuan pengungsi menuju Libanon selatan setelah pertempuran berhenti sesuai dengan gencatan senjata itu, yang diupayakan Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk mengahiri pertempuran lima pekan antara Israel dan Hizbullah.
Ratusan mobil memadati jalan sempit menuju selatan dari kota bandar Sidon. Sebagian besar jalan dan jembatan ke Libanon selatan dibom oleh Israel dalam kemelut itu.
Suasana iringan itu gembira. Beberapa dari mereka mengatakan akan kembali untuk memeriksa harta mereka dan kemudian kembali ke utara.
"Saya pulang untuk melihat rumah saya, apakah selamat," kata Asdel Abbas dari desa dekat Tyre kepada kantor berita Inggris Reuters, seraya menambahkan: "Jika Israel berpegang pada ucapannya dan tetap menaati gencatan senjata, saya akan membawa keluarga saya pulang hari ini."
Banyak mobil membunyikan klakson, penumpangnya mengacungkan tangan dengan dua jari memberikan tanda huruf V sebagai tanda kemenangan.
Sementara itu, kantor berita Prancis AFP memberitakan Israel hari Senin menyatakan blokade udara dan lautnya atas Libanon akan tetap dipertahankan, kendati gencatan senjata diberlukukan untuk mengahiri perang lebih dari satu bulan itu.
"Blokade laut dan udara akan tetap diberlakukan sampai aturan diberlakukan untuk mengawasi penyelundupan senjata kepada Hizbullah," kata sumber balatentara Israel.
Pernyataan itu kurang dari satu jam setelah gencatan senjata itu mulai berlaku pukul 05.00 GMT (12.00 WIB).
Israel menuding Hizbullah menerima senjata dari Suriah dan Iran, yang dibantah kedua negara itu.(*)
Editor: Heru Purwanto
Copyright © ANTARA 2006