"Di kesempatan ini, kami ingin memperkenalkan bibit kelapa sawit unggul Topaz GT, yakni bibit hasil riset dan pengembangan puluhan tahun yang sudah terbukti meningkatkan produktivitas tandan buah segar," kata Head of Social Capital Asian Agri, David Alamsyah di Medan, Jumat.
Menurut dia, industri kelapa sawit merupakan bisnis inti Asian Agri, hingga kini mengelola sekitar 100.000 hektare kebun kelapa sawit dan mempekerjakan lebih dari 20.000 orang.
Sebagai perintis program pemerintah Indonesia perkebunan inti rakyat transmigrasi, Asian Agri telah bermitra dengan 30.000 petani plasma di Riau dan Jambi dengan mengelola 60.000 hektare kebun kelapa sawit.
"Oleh karena itu, kami berharap agar Topaz dapat menjadi pilihan bagi petani kelapa sawit yang akan melakukan replanting (peremajaan kebun sawit)," ucap David.
Head of Research & Development Asian Agri, Tan Joon Sheong menjelaskan salah satu upaya menekan tingkat serangan ganoderma di perkebunan kelapa sawit dengan menanam varietas Topaz GT.
Pihaknya menjelaskan ganoderma merupakan penyebab penyakit busuk pangkal batang pada tanaman kelapa sawit dan merupakan ancaman serius perkebunan kelapa sawit di Indonesia.
Akibat serangan ganoderma yang semakin cepat dan semakin tinggi seiring bertambah siklus replanting generasi pertama umumnya terjadi umur 15-20 tahun setelah masa tanam.
"Selain unggul segi kuantitas produksi, Topaz juga memiliki ketahanan terhadap serangan ganoderma. Pada 1 Februari 2019, OPRS atau oil palm research station Topaz memperoleh izin pelepasan varietas Topaz GT sesuai Surat Keputusan Menteri Pertanian," kata dia.
Bibit sawit unggul Topaz merupakan bibit yang sudah teruji dan terbukti, dan sudah seyogyanya menjadi andalan para petani kelapa sawit, kata Tan.
Topaz merupakan bibit sawit unggul hasil penelitian OPRS Asian Agri. Sejak 1992, perusahaan terus menyeleksi dan menyilangkan indukan Dura dan Pisifera terpilih dari Costa Rica (gen-1).
Pada 1996-1998 OPRS Topaz memulai penanaman indukan Dura dan Pisifera terpilih di kebun benih Topaz.
Produksi DxP Topaz hasil pengujian persilangan generasi satu selama enam tahun pada 1999-2004 berpotensi menghasilkan produksi 16 ton TBS/hektare pada TM1 dan rata-rata 31 ton TBS/hektare pada TM3 sampai TM6 potensi OER 22 persen.
"Topaz hanya memproduksi persilangan yang terbukti mempunyai potensi produksi 24 ton TBS per hektare pada TM1 dan berpotensi melebihi 40 ton TBS per hektare pada TM 4 dengan potensi OER 29 persen," jelas Tan Joon Sheong.
Pewarta: Muhammad Said
Editor: Hisar Sitanggang
Copyright © ANTARA 2024