Ende (ANTARA News) - Sebuah rumah yang terletak di Jalan Perwira, Ende, Nusa Tenggara Timur (NTT), tampak ramai dipenuhi puluhan kaum muda. Sebagian sibuk mengeksplorasi setiap sudut rumah, dan sebagian tampak berteduh di bawah pohon rindang di samping rumah.
Maklum saja, meski waktu baru menunjukkan sekitar pukul 09.30 WIT, matahari telah begitu terik menyengat kulit.
Rumah dengan arsitektur lawas zaman kolonial tersebut tampak begitu asri dengan hamparan rumput nan hijau di halamannya dan beberapa pot bunga yang tersusun rapi di berandanya.
Tampak jelas rumah tua tersebut baru direnovasi. Cat dinding rumah terlihat masih bersih, pagar besi di depan rumah pun tampak modern, begitu pula langit-langit rumah terbuat dari bambu yang terkesan model lama sesuai aslinya namun tampak masih baru.
Rumah tiga kamar tersebut juga memiliki kamar khusus untuk bersembahyang di bagian belakang yang terkunci rapat, sedangkan dapur, kamar mandi, toilet, dan sumur berada di bangunan berbeda di belakang rumah.
Sebagian halaman belakang rumah ini pun tertata rapi dan "berkarpetkan" rumput nan hijau. Pada satu sudut di tembok halaman belakang tertera beberapa nama bank nasional dan perusahaan swasta.
Agaknya renovasi rumah tua bersejarah ini telah banyak disponsori oleh perusahaan-perusahaan tersebut meski semua memang berawal dari janji Boediono saat belum menjadi wakil presiden untuk merenovasi situs bersejarah tersebut.
Tidak ada kesan suram atau mistis sama sekali di rumah tua ini, justru suasana terasa sangat tenang dan nyaman meski pengunjung cukup banyak. Tidak heran jika banyak ide-ide besar dari Sang Proklamator Ir. Soekarno muncul saat menempati rumah ini bersama istrinya Inggit Ganarsih selama diasingkan oleh Belanda pada tahun 1934--1938.
Dapat dibayangkan bagaimana suasa Ende dan rumah pengasingan tersebut 79 tahun lalu ketika Ir. Soekarno menjalani berada di sana. Tempat tersebut tentu jauh lebih tenang dibandingkan saat ini.
Tidak jauh dari rumah pengasingan, kurang dari 1 kilometer, di sebuah lapangan--yang sekarang berubah bentuk menjadi taman yang penyelesaiannya masih dikerjakan di pertengahan September 2013--terdapat Pohon Sukun yang cukup terkenal keberadaannya.
Pohon Sukun bercabang lima yang sering didatangi Bung Karno tersebut konon yang memunculkan gagasan hingga lahirlah lima butir Pancasila. Pohon Sukun yang saat ini berada di Taman Pancasila di Kota Ende adalah pohon yang sama yang dahulu sering dikunjungi Sang Proklamator kini bernama Taman Pancasila.
Sebuah patung Soekarno muda duduk di sisi sebelah kiri di sebuah bangku yang dibuat sangat panjang, sedangkan pohon sukun berada tepat di sebelah kiri patung, dan hanya berjarak sekitar 5 meter saja.
Ramai Pengunjung
Rumah tempat pengasingan Bung Karno di Ende ini dijaga seorang diri oleh Syafrudin. Dia menjadi penerus sang ayah yang sebelumnya juga menjaga tempat tersebut hingga akhir hayat.
Hampir setiap hari dia mengaku berada di rumah tersebut. Hari libur Syafrudin pun bukan Sabtu atau Minggu karena pada hari-hari tersebut justru pengunjung banyak yang datang.
"Pada hari libur kadang ada juga yang mendatangi saya karena ada tamu yang datang. Ya, saya harus datang ke sini," kata Safrudin.
Menurut dia, rumah pengasingan Bung Karno ini tidak pernah sepi pengunjung. Ada saja yang datang baik perorangan maupun rombongan, baik wisatwan domestik maupun turis asing.
Bagaimana mungkin turis asing banyak yang datang. Apa mereka begitu tertarik dengan sejarah bangsa ini hingga mendatangi rumah tersebut?
Menurut Syafrudin, rumah tua yang baru selesai direnovasi dan telah ditetapkan menjadi Situs Bekas Rumah Pengasingan Bung Karno yang dilindungi oleh Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1992 tentang Benda Cagar Budaya tersebut dimasukkan oleh para agen perjalanan yang kebanyakan dari Bali ke dalam agenda tour mereka.
Paket tour tersebut biasanya mencakup mengunjungi Taman Nasional Komodo di Labuan Bajo, tour sejarah ke situs rumah pengasingan Bung Karno di Ende, hingga trekking ke Danau Kelimutu.
Menurut Syafrudin, rumah pengasingan Soekarno ini sebelumnya tidak terawat. Dalam arti tidak ada dana perawatan sedikit pun dari pemerintah mengalir, kecuali dana sumbangan seadanya yang didapat dari setiap pengunjung yang datang.
Oleh karena itu, dia pun mengaku senang dengan adanya renovasi tersebut. Dia senang melihat wajah-wajah puas para pengunjung yang merasa nyaman berada di rumah tersebut.
Salah seorang pengunjung yang ternyata adalah mahasiswa yang baru lulus dari Universitas Negeri Yogyakarta mengaku pertama berkunjung ke situs tersebut. Bersama beberapa teman satu angkatan dia akan ditempatkan di beberapa sekolah negeri di Ende.
Sebelum masing-masing mereka berpisah untuk menempati pos masing-masing mereka berkunjung dan beberapa tampak merenung di dalam rumah bersejarah tersebut. Bahkan salah satu mahasiswi terlihat lama duduk seorang diri di beranda belakang rumah dan berdoa.
Setelah berkunjung ke rumah pengasingan Sang Proklamator mereka akhirnya berjalan beramai-ramai menuju Taman Pancasila. Beberapa menghabiskan waktu berfoto di depan patung Soekarno muda, beberapa memilih berteduh di bawah pohon sukun yang menjadi tempat bersejarah lahirnya Pancasila.
Oleh Virna P. Setyorini
Editor: Unggul Tri Ratomo
Copyright © ANTARA 2013