Pangkalpinang (ANTARA) - Pusat Penyelamatan Satwa (PPS) Alobi menyatakan sebanyak 80 persen buaya berkonflik dengan manusia di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung mati karena masyarakat menggunakan pancing untuk menangkap satwa tersebut.
"Sebagian besar atau 80 persen buaya berkonflik yang berhasil ditangkap masyarakat ini mati," kata Ketua PPS Alobi Langka Sani di Pangkalpinang, Jumat.
Ia mengatakan selama ini untuk menangkap buaya berkonflik menggunakan pancing berukuran besar, sehingga pancing itu menjadi penyebab kematian buaya yang tertangkap tersebut.
"Sebelum buaya ini dilepas di kolam penampungan di Kampung Reklamasi PT Timah Tbk Air Jangkang Bangka, kita harus membuka pancing terlebih dahulu di mulut buaya," ujarnya.
Ia mengaku sangat kesulitan membuka pancing di mulut buaya, apalagi pancing berukuran besar tersebut sudah ditelan ke dalam perut buaya.
"Hingga saat ini, kita belum bisa membuka pancing di dalam perut buaya tersebut, sehingga mengakibatkan kematian," katanya.
Menurut dia dalam penangkaran buaya di kolam rehabilitasi di Kampung Reklamasi PT Timah Tbk sendiri juga menimbulkan berbagai masalah, karena buaya di kolam tersebut saling serang dan memangsa satu sama lainnya.
"Saat ini buaya yang direhabilitasi di Kampung Reklamasi PT Timah Tbk berkurang, karena buaya berukuran besar memangsa dan memakan buaya berukuran lebih kecil," katanya. *
Baca juga: Babel bentuk satgas tangani konflik manusia dan satwa liar
Baca juga: Buaya endemik Bengawan Solo muncul lagi di Bojonegoro
Pewarta: Aprionis
Editor: Triono Subagyo
Copyright © ANTARA 2024