Dengan "pawiwahan ageng" kami ingin menunjukkan eksistensi Keraton Yogyakarta dengan mengajak masyarakat "nguri-uri" (melestarikan) kebudayaan,"

Yogyakarta (ANTARA News) - "Pawiwahan Ageng" atau pernikahan besar puteri ke-4 Raja Yogyakarta Hadiningrat, Gusti Kanjeng Ratu Hayu dan Pangeran Haryo Notonegoro memiliki semangat untuk berkontribusi menjaga kelestarian budaya Indonesia.

Hal itu dikemukakan oleh Gusti Kanjeng Ratu (GKR) Hemas dalam konferensi pers persiapan pelaksanaan "Pawiwahan Ageng" di Keraton Yogyakarta, Jumat.

"Dengan "pawiwahan ageng" kami ingin menunjukkan eksistensi Keraton Yogyakarta dengan mengajak masyarakat "nguri-uri" (melestarikan) kebudayaan," kata Istri Raja Yogyakarta Sri Sultan Hamengku Buwono X itu.

Menurut dia, melalui pelaksanaan upacara pernikahan putri keempatnya tersebut dapat memberikan pesan kepada dunia Internasional tentang kekayaan budaya Indonesia melalui Keraton Yogyakarta.

"Dari sinilah saya ingin Yogyakarta betul-betul melestarikan budaya," katanya.

Tujuan pelestarian budaya itu, menurut dia, antara lain sesuai dengan kehendak Sri Sultan yang menghendaki mengikutsertakan 12 kereta keraton sebagai kekayaan budaya dalam kirab "pawiwahan ageng".

"Dulu tidak dengan kereta keraton tapi dengan tandu. "Ngerso dalem" menghendaki untuk lebih memunculkan eksistensi keraton Yogyakarta," katanya.

Sementara itu, Wakil Ketua Dewan Perwakilan Daerah (DPD) RI tersebut juga mengharapkan dari upacara "pawiwahan ageng" tersebut, masyarakat Indonesia dapat mengingat arti penting kebudayaan. Bukan hanya budaya Jawa namun juga kekayaan budaya Indonesia lainnya.

"Masyarakat agar tetap melihat budaya, bukan hanya Jawa saja. Mengingatkan bahwa kekayaan budaya sangat penting bagi kehidupan masyarakat di seluruh Indonesia,"katanya.

Upacara "Pawiwahan Ageng" puteri keempat Raja Yogyakarta itu akan dilaksanakan mulai 21--23 Oktober 2013. Dalam rangkaian pelaksanaannya pengantin akan dikirab dengan didampingi Ngarso Dalem Keraton Yogyakarta menuju Kepatihan. Rencananya kirab akan melibatkan sebanyak 360 prajurit keraton, 12 kereta keraton dengan 68 ekor kuda.

Ketua Panitia "Pawiwahan Ageng" Kanjeng Yudha Hadiningrat mengatakan dalam proses pelaksanaan upacara pernikahan tersebut, warga Yogyakarta juga akan turut serta memberikan jamuan secara sukarela kepada wisatawan yang ingin menyaksikan.

"Penonton atau wisatawan di sepanjang jalan Malioboro nanti juga akan diberikan hidangan berupa jajanan pasar bukan dari keraton, tapi spontantitas dari warga Yogyakarta sendiri karena ingin turut merayakan,"katanya.(*)

Pewarta: Luqman Hakim
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2013