Jakarta (ANTARA) - Ketua Umum Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia (PSSI) Erick Thohir membalas sindiran bek timnas Vietnam Do Duy Manh yang bercanda apakah timnya sedang melawan Indonesia atau Belanda jelang pertemuan kedua tim pada 21 dan 26 Maret pada kualifikasi Piala Dunia 2026 zona Asia putaran kedua Grup F.
Candaan dari bek 27 tahun itu bermula ketika ia melihat penggawa Merah Putih yang banyak dihuni pemain-pemain naturalisasi berdarah Belanda.
Dari 28 skuad yang diumumkan pelatih Shin Tae-yong untuk melawan Vietnam, Indonesia dihuni delapan pemain naturalisasi yang telah merampungkan proses perpindahan kewarganegaraan dengan tujuh di antaranya memiliki darah Belanda, yaitu Sandy Walsh, Justin Hubner, Jay Idzes, Nathan Tjoe-A-On, Marc Klok, Ivar Jenner, dan Rafael Struick.
Menanggapi sindiran dari bek Vietnam itu, Erick tidak terbawa perasaan. Pria yang juga menjabat sebagai Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) itu seraya bercanda mengatakan sindiran dari Do Duy Manh bukan sebagai perang urat syarat, melainkan sebagai bentuk kekaguman Vietnam melihat kualitas Indonesia yang semakin kuat.
“Mungkin mereka bingung Indonesia di bawah kepemimpinan saya makin bagus gitu,” kata Erick ketika ditemui ANTARA seusai menghadiri acara Penandatanganan Kerja Sama Official Insurance Partner Timnas Sepak Bola Indonesia di Menara Danareksa, Jakarta, Kamis.
“Sama ketika kita juga melihat Vietnam, mungkin lima enam tahun lalu bingung kita, kenapa mereka bagus,” tambahnya.
“Orang kita pernah bingung mereka bagus banget, kok ga boleh mereka bingung juga ngelihat kita, gantian gitu,” lanjutnya.
Jelang pertemuan, Indonesia memiliki bekal bagus melawan pasukan berjuluk The Golden Stars itu karena baru saja menang 1-0 di babak penyisihan grup Piala Asia 2023 Qatar Januari.
Baca juga: Temui Erick, STY optimistis bawa timnas sapu bersih laga lawan Vietnam
Baca juga: Jay Idzes tak sabar membela Timnas Indonesia saat hadapi Vietnam
Baca juga: Sumpah WNI Thom Haye dan Ragnar dilakukan pekan depan
Pewarta: Zaro Ezza Syachniar
Editor: Eka Arifa Rusqiyati
Copyright © ANTARA 2024