Harga untuk produk dompet jika diproduksi massal mencapai Rp199.900...

Surabaya (ANTARA News) - Mahasiswi Jurusan Desain Manajemen Produk Fakultas Industri Kreatif Universitas Surabaya (Ubaya), Marcella Linardi, merancang tas dan dompet dari kertas "tyvek" yang merupakan kertas untuk label tas saat disimpan di bagasi pesawat atau gelang kertas di area hiburan.

"Awalnya, saya menemukan dompet dari kertas tyvek di bandara, tapi bentuknya sangat sederhana, lalu saya mencari informasi tentang kertas tyvek yang ternyata tahan air, ringan, tidak mudah rusak, dan mudah didaur ulang," katanya di kampus setempat, Jumat.

Mahasiswi yang mendapat nilai AB untuk tugas akhir (TA) berupa desain tas dan dompet dari kertas tyvek itu menegaskan bahwa dirinya merancang tas dan dompet dari kertas tyvek itu dengan dua pola yakni anyaman kertas tyvek dan bordir bermotif ukiran Dayak pada tyvek.

"Saya sendiri sendiri tidak bisa menganyam, tapi saya belajar lewat internet, terutama anyaman ala Suku Dayak. Jadi, proses pembuatan tas dan dompet diawali dengan membuat lipatan," kata mahasiswi kelahiran tahun 1990 itu.

Cara membuat lipatan adalah mengukur lembaran tyvek, kemudian membaginya menjadi banyak persegi sesuai ukuran yang dibutuhkan menggunakan pensil dan persegi yang telah ditandai pun dipotong satu persatu menggunakan "cutter".

"Persegi yang telah dipotong itu akhirnya dilipat semua, lalu lipatan-lipatan itu direkat dengan lem menjadi satu sesuai pola. Setelah lipatan jadi, maka proses membuat kertas itu menjadi tas dan dompet pun dimulai," katanya.

Tahapannya, lipatan kertas tyvek yang sudah berbentuk pola itu pun diukur dan digunting menjadi bagian dalam tas sesuai pola, lalu menjahit kantong bagian dalam tas dan resleting tas, sedangkan hasil bordiran untuk pegangan dan pinggiran tas pun digunting dan dijahit.

"Akhirnya, bagian dalam dengan lipatan tyvek bagian luar disatukan dan dijahit dengan teknik sulam anyam. Untuk pembuatan dompet, prosesnya juga relatif sama, namun untuk membuat dompet ada proses menjahit untuk tempat kartu nama dan resleting untuk uang koin," katanya.

Mahasiswi yang baru diwisuda pada 12 Oktober 2013 itu mengatakan dirinya merancang tas selama 1-2 minggu sesuai ukurannya, sedangkan dompet bisa selesai dalam 2-3 hari. "Saya menggunakan teknik sulam anyam agar tidak mudah kusut dan nyeni (artistik)," katanya.

Putri pasangan Peter-Handayuni itu memberi merek untuk tas dan dompet rancangannya dengan "twist", dan segmentasi pembelinya adalah wanita dengan tingkat ekonomi B+ dengan range usia 17--25 tahun.

"Harga untuk produk dompet jika diproduksi massal mencapai Rp199.900, sedangkan tas seharga Rp359.000 untuk tas yang kecil dan Rp419.000 untuk tas yang besar," katanya, didampingi dosen pembimbing dan Kaprodi Desain Manajemen Produk, Wyna Herdiyana ST MDs.

Tentang saran dari dosen pembimbing untuk pengembangan produk olahan secara profit, ia mengatakan dirinya masih ingin melanjutkan studi di bidang "fashion". "Saya belum berpikir ke sana (profit), tapi saya juga ingin mengembangkan fashion batik," katanya.

Pewarta: Edy M Ya`kub
Editor: Ella Syafputri
Copyright © ANTARA 2013