New York (ANTARA News) - Harga minyak global turun pada Kamis (Jumat pagi WIB), dengan kontrak berjangka New York merosot sekitar 1,5 persen setelah sebuah kelompok perdagangan melaporkan peningkatan persediaan minyak mentah AS.
Pada Rabu (16/10), tanda-tanda kesepakatan politik yang sedang berlangsung mencegah potensi bencana "default" (gagal bayar) utang AS telah mendorong harga minyak, tetapi laporan oleh American Petroleum Institute (API) "memperlemah beberapa kegembiraan membeli," Phil Flynn dari The Price Futures Group mengatakan.
API melaporkan peningkatan tajam 5,9 juta barel persediaan minyak mentah AS dalam pekan yang berakhir 11 Oktober, menunjukkan melemahnya permintaan.
Minyak mentah light sweet atau West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman November turun 1,62 dolar AS menjadi ditutup pada 100,67 dolar AS per barel di New York Mercantile Exchange.
Minyak mentah Brent North Sea untuk pengiriman November kehilangan 1,75 dolar AS menjadi ditutup pada 109,11 dolar AS per barel pada akhir perdagangan London.
Pedagang fokus pada ketiadaan laporan data mingguan stok minyak mentah komersial AS dari Badan Informasi Energi (EIA), yang biasanya dirilis pada Rabu, tetapi ditunda karena penutupan kegiatan atau "shutdown" pemerintah.
Kesepakatan Washington tentang anggaran federal dan pagu utang, ditandatangani tak lama setelah tengah malam oleh Presiden Barack Obama dan mengakhiri 16 hari penutupan sebagian kegiatan pemerintah, terus membayangi pasar.
Kongres AS meloloskan kesepakatan yang akan membiayai pemerintah hingga 15 Januari dan menaikkan plafon utang hingga 7 Februari, sehingga menghindari "default" (gagal bayar) utang dan menempatkan pemerintah kembali bekerja.
Meskipun tercapai kesepakatan masih ada beberapa ketidakpastian atas kebijakan fiskal, dan permintaan minyak, di ekonomi terbesar dunia itu.
Namun, kekhawatiran muncul karena investor mencerna kesepakatan fiskal sementara, yang gagal mengatasi banyak isu yang diperdebatkan tetapi menabur benih pertarungan fiskal lain dalam waktu dekat .
"Kongres tetap terpecah, karena Republik berdebat untuk pengeluaran dan pajak rendah, Demokrat untuk kebijakan lebih longgar tetapi memperhatikan defisit," DBS Bank mengatakan.
"Ini berarti kebijakan fiskal, baik melalui perjanjian atau penyerapan disfungsional, akan tetap ketat. Ini akan tetap menjadi hambatan pada pertumbuhan untuk dua sampai tiga tahun lainnya," tambahnya.
Perusahaan pemeringkat Standard & Poor`s memperkirakan "shutdown" telah menelan sekitar 24 miliar dolar AS dari ekonomi AS.
Dua hari pembicaraan di Jenewa, Swiss, tentang program nuklir Iran juga menekan harga minyak. Laporan-laporan mengatakan para pejabat AS mulai melihat garis besar kesepakatan potensial.
(A026)
Editor: Tasrief Tarmizi
Copyright © ANTARA 2013