Jakarta (ANTARA) - Konon, ketika para tokoh adat di wilayah Bukittinggi mengadakan lomba kreasi bubur di desa Jambu Air, Kecamatan Banuhampu sekitar tahun 1960-an, nenek Amai Zona terlambat mengetahui informasi itu, sehingga persiapannya kurang apik.

Kendati demikian, lomba yang dia ikuti dengan persiapan seadanya itu berhasil membuatnya menjadi juara, setelah nenek Amai meracik enam jenis bubur dagangannya yang belum laku terjual ke dalam satu wadah, yaitu bubur ketan putih, ketan hitam, bubur sumsum, bubur kacang hijau, kolak pisang, dan biji salak.

Bubur yang membuatnya menjadi juara itu pun kemudian diberi nama Kampiun. Kampiun diambil dari bahasa Inggris "Champion" yang berarti pemenang.

Baca juga: Menikmati hidangan langka warisan Nusantara untuk Ramadhan

Baca juga: Resep Es Campur Panacotta, minuman segar untuk berbuka puasa


Aneka bubur yang menjadi campuran Bubur Kampiun dari biji salak, ketan hitam, bubur sumsum dan lain-lain disajikan di Bazaar Takjil Bendungan Hilir (Benhil), Tanah Abang, Jakarta Pusat pada hari kedua Ramadhan 1445 Hijriah, Rabu (13/3/2024). ANTARA/Abdu Faisal

Campur aduk aneka bubur legit dalam satu wadah memang tidak lazim pada masa itu, namun rupanya ketika diracik secara tepat menghasilkan cita rasa baru yang menggoyang lidah, dan menjadi salah satu idola terutama sebagai sajian manis untuk berbuka puasa.

Begitu sekiranya yang menarik pemuda Bendungan Hilir (Benhil) Muhammad Fahri Fadilah saat ditanya alasannya berdagang "Bubur Kampiun" di Bazaar Takjil Benhil pada hari kedua Ramadhan 1445 Hijriah.

Di tengah arus modernisasi dan pesatnya pembangunan di sekitar lokasi, Bazaar Takjil Benhil tetap menjadi destinasi unggulan bagi masyarakat berkat ketersediaan makanan dan minuman yang beragam, harga terjangkau, serta standar kebersihan dan keamanan yang terjaga, menjadikannya giat kulit tahunan ini tetap bergeliat, meski sempat tutup karena COVID-19 di 2020 - 2021.

Tempat itu dilalui banyak sarana transportasi umum seperti kereta Moda Raya Terpadu (delapan menit memakai ojek sepeda motor dari Stasiun MRT Bendungan Hilir) dan Bus Rapid Transit (BRT) TransJakarta Koridor 1 Blok M - Kota (turun di Halte Bendungan Hilir lalu berjalan kaki sekira empat menit. Menggunakan Kereta Rel Listrik (KRL) pun cuma berjarak sekitar 10-15 menit dari Stasiun KRL Palmerah menggunakan ojek sepeda motor daring.


Baca juga: Coba masakan dari chef Maroko di pekan pertama Ramadan

Baca juga: Resep kreasi Putu Ayu untuk menu berbuka puasa

Tinggal mencari alamatnya di Jalan Bendungan Hilir 3 RW01, Tanah Abang, Jakarta Pusat saja.
Suasana keramaian pengunjung di Bazaar Takjil Bendungan Hilir (Benhil), Tanah Abang, Jakarta Pusat pada hari kedua Ramadhan 1445 Hijriah, Rabu (13/3/2024). (ANTARA/Abdu Faisal)

Bazaar Takjil Benhil bertempat di depan Balai Warga RW 01 Benhil, sekaligus gedung Pos Polisi Subsektor Bendungan Hilir, Polsek Tanah Abang. Warung jajanannya dinaungi tenda biru sederhana bertuliskan "Bazaar Takjil Benhil".

Di sekitar tenda terdapat sedikitnya 50 stan dagangan yang menjual bermacam-macam makanan dan minuman untuk berbuka puasa. Dari makanan lengkap seperti nasi kapau, lalu aneka olahan ayam seperti steik ayam, ayam taliwang, ayam bakar madu, dan olahan ayam lainnya.

Ada juga olahan ikan seperti pempek (makanan khas Palembang, Sumatera Selatan) hingga otak-otak. Kemudian ada menu khas Jawa Tengah seperti gudeg lengkap dengan krecek dan bacem, juga buntil yang legit gurih dengan ikan teri dengan parutan kelapa. Intinya, semua kuliner yang umum dihidangkan saat berbuka puasa berkumpul di Bazaar Takjil Benhil.

Ini yang menarik, makanan dan minuman favorit yang beragam di Bazaar Takjil Benhil cukup terjangkau harganya. Selain itu, dagangan di sana sudah sering didatangi petugas Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) untuk menjamin kebersihan dan keamanannya.
Sebagai acuan, satu porsi Bubur Kampiun dibanderol Rp25 ribu, sementara steik ayam dihargai dikisaran Rp25 ribu. Jangan lupa bahwa makanan favorit orang Indonesia untuk berbuka puasa biasanya gorengan seperti risol, pastel, tahu isi, bakwan dan lain sebagainya. Rata-rata penjual membanderol dagangan mereka Rp10 ribu untuk tiga potong gorengan.

Baca juga: Resep takjil praktis pizza ala Passionate Home Cook Putri Habibi

Baca juga: Ragam makanan dan tradisi Kazakhstan di bulan Syawal


Pengunjung yang tidak membawa uang tunai pun tidak perlu khawatir karena setiap stan pedagang Bazaar Takjil Benhil sudah menerima pembayaran digital dengan memindai kode Quick Response Code Indonesian Standard atau QRIS. Tidak jarang ditemukan juga pedagang yang menerima pembayaran dengan cara transfer bank atau menggunakan mesin debit ATM.

Tidaklah heran, Bazaar Takjil Benhil menjadi tempat yang strategis bagi pedagang makanan dan minuman dan para pekerja kantoran di sekitar kawasan ini.

Bazar Ramadan Benhil ada sejak tahun 1990-an dan dirintis Forum Peduli Benhil (FPB). Mayoritas pedagang yang berjualan di Bazar Ramadan itu adalah warga sekitar Benhil, dengan menyediakan produk kuliner khas nusantara.

Lokasi memang baru dipindah ke depan Balai Warga RW 01, sebelumnya letak lokasi awal Bazaar Takjil Benhil di Pasar Benhil yang berjarak sekitar 400 meter dari posisinya sekarang.

Pedagang awalnya membuka Bazar tersebut di Pasar Benhil karena lokasinya sudah menjadi pusat perbelanjaan masyarakat sekitar sejak 1970-an. Tapi karena ada pelebaran jalan, lokasi Bazaar pun dipindahkan pada 2012. Kendati demikian, perpindahan lokasi tidak menyurutkan antusiasme pedagang untuk berjualan, mengingat pengunjung selalu ramai berdatangan ke sana, dan arus lalu lintas pun tetap dijaga kelancarannya oleh petugas gabungan dari berbagai elemen masyarakat seperti RW, RT, dan Karang Taruna hingga petugas Satuan Polisi Pamong Praja.

Baca juga: Ragam kuliner Ramadan di Negeri Jiran

Baca juga: Kuliner banyak dicari di Google Search saat Ramadan

Baca juga: Kolak hingga es pisang ijo, kuliner khas Ramadhan untuk ide buka puasa

Editor: Maria Rosari Dwi Putri
Copyright © ANTARA 2024