Peserta penderita gagal ginjal BPJS Kesehatan tidak harus kembali ke FKTP untuk melanjutkan rujukannya untuk melakukan tindakan hemodialisa
Jakarta (ANTARA) - Deputi Direksi Bidang Kebijakan Penjaminan Manfaat BPJS Kesehatan Ari Dwi Aryani mengatakan BPJS telah mempermudah pelayanan kesehatan bagi penderita gagal ginjal yang harus cuci darah dengan tidak perlu kembali ke fasilitas kesehatan tingkat pertama (FKTP) untuk memperpanjang surat rujukan.
"Peserta penderita gagal ginjal BPJS Kesehatan tidak harus kembali ke FKTP untuk melanjutkan rujukannya untuk melakukan tindakan hemodialisa," kata Ari dalam konferensi pers Hari Ginjal Sedunia 2024 di Jakarta, Rabu.
Baca juga: Direktur: RSUD Ajibarang tingkatkan pelayanan untuk pasien
Jika memerlukan layanan hemodialisis terus menerus, surat rujukan dapat di perpanjang di fasilitas kesehatan rujukan tingkat lanjutan (FKTRL) tempat pasien melakukan hemodialisis.
Fasilitas ini juga sudah tersedia di aplikasi mobile JKN yang semakin mempermudah masyarakat mengakses pengobatan gagal ginjal.
Dwi juga mengatakan, BPJS telah menjamin semua layanan terkait penyakit gagal ginjal seperti skrining untuk deteksi dini bagi yang masih sehat, hemodialisa atau cuci darah (CAPD) hingga transplantasi ginjal.
Baca juga: Inovasi digital dikembangkan BPJS Kesehatan berorientasi masyarakat
Ia juga mengatakan, rumah sakit di Indonesia juga sudah memiliki tenaga kesehatan yang cukup baik, namun masih sangat sedikit yang mengambil tindakan transplantasi ginjal sebagai pengobatan yang lebih efektif.
BPJS Kesehatan mendanai transplantasi ginjal bisa mencapai Rp300-400 juta rupiah. Karena pembiayaan yang cukup besar, Ari mengatakan BPJS akan mendorong transplantasi ginjal sebagai pengobatan karena sangat membantu untuk menekan tingginya angka kejadian gagal ginjal.
Ia juga mengingatkan kepada masyarakat untuk selalu menjaga agar tidak terjadi penyakit diabetes melitus dan hipertensi supaya tidak jatuh ke penyakit lebih parah seperti jantung dan gagal ginjal kronis.
"Selain pembiayaan makin tinggi, isu kita produktivitas, kita mau ketemu bonus demografi tapi kalau isinya pra diabetes semua, negara ini nggak bakal jadi produktif," tutup Ari.
Baca juga: Kemarin, kepunahan bahasa daerah hingga reaktor nuklir skala kecil
Pewarta: Fitra Ashari
Editor: Sambas
Copyright © ANTARA 2024