Salah satunya dengan pemberian pendampingan petani swadaya memperoleh sertifikasi ISPO,
Jakarta (ANTARA) - Produsen sawit PT Wilmar Indonesia menyatakan saat ini seluas 8.588 hektare kebun sawit milik petani yang bermitra dengan perusahaan tersebut telah mengantongi sertifikat ISPO atau standar kelapa sawit berkelanjutan Indonesia.
Menurut Head Sustainability Wilmar Indonesia Pujuh Kurniawan di Jakarta, Rabu, pihaknya melaksanakan pemberdayaan petani swadaya di beberapa propinsi, yaitu Riau, Jambi, Sumatera Utara, dan Kalimantan Barat.
"Salah satunya dengan pemberian pendampingan petani swadaya memperoleh sertifikasi ISPO," ujarnya.
Baca juga: Perusahaan sawit gandeng masyarakat jaga kawasan konservasi
Ia mengatakan pihaknya telah bermitra dan mendampingi 14 kelompok petani swadaya, dengan total jumlah petani mencapai 5.760 orang dan luas kebun 12.584 ha.
Hingga saat ini sudah ada delapan kelompok petani swadaya yang telah berhasil mengantongi sertifikat ISPO, yang mencakup 8.588 ha kebun dari 3.525 petani swadaya.
Terkait hal itu, tambahnya, pihaknya memberikan pendampingan bagi 1.500 petani swadaya yang mengelola kebun sekitar 2.500 hektare (ha) dari lima koperasi kelapa sawit di Kabupaten Siak, Riau dalam meraih sertifikat ISPO sebagai langkah dukungan terhadap program Lanskap Siak Hijau.
Lanskap Siak Hijau merupakan kolaborasi multi-stakeholder yang diinisiasi oleh Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Siak, untuk mewujudkan pembangunan Kabupaten Siak yang ramah lingkungan dan berkelanjutan.
Baca juga: Menko Luhut kejar Rp172 triliun potensi inefisiensi sawit bisa ditarik
Salah satu sektor yang menjadi prioritas dalam kolaborasi ini adalah pengembangan ekonomi kerakyatan berbasis kelapa sawit, dengan mengembangkan perkebunan yang berkelanjutan bagi petani swadaya.
Program ini dijalankan bersama PT Permodalan Siak (PERSI), dinas perkebunan, dan dinas lain yang terkait.
"Kemitraan tersebut diharapkan dapat membantu petani meningkatkan kemampuannya meraih keberlanjutan," ujar Pujuh dalam Workshop Sinergi Siak Hijau: Kolaborasi Stakeholder untuk mendukung Perkebunan Kelapa Sawit Berkelanjutan di Lanskap Siak Hijau.
Menurut dia, dari lima koperasi sawit di Kabupaten Siak yang bermitra tersebut, dua diantaranya telah mengantongi sertifikasi ISPO sejak 2019.
Pada awal tahun ini, tambahnya, dua koperasi lainnya sedang dalam proses penyelesaian sertifikasi, dan satu koperasi sedang proses persiapan.
Perkebunan kelapa sawit di Siak saat ini mencapai 328,8 ribu ha, dari total luas tersebut yang dikelola petani swadaya 208.075 ha.
Baca juga: BPJS Naker ingatkan perusahaan sawit beri perlindungan kerja karyawan
Menanggapi hal itu Guru Besar Institut Pertanian Bogor (IPB) Sudarsono Soedomo mengatakan, Siak Hijau dapat menjadi model pengelolaan kebun kelapa sawit berkelanjutan di Indonesia.
Kolaborasi tersebut telah menjadi wadah sinergi bagi para stakeholder untuk meningkatkan kemampuannya dalam meraih sertifikasi keberkelanjutan, terutama bagi petani swadaya.
"Pembeli minyak sawit dunia menuntut produk yang berkelanjutan. Ini penting bagi perusahaan dan petani agar dapat mengikuti tuntutan pasar,” kata Sudarsono.
Dia menilai, saat ini petani menyumbang 40 persen dari total produksi tandan buah segar (TBS) sawit nasional, namun mereka masih banyak keterbatasan dalam meraih sertifikasi.
"Oleh karena itu perlu mendapatkan perhatian semua pihak untuk membantu meningkatkan kemampuan mereka," katanya.
Pewarta: Subagyo
Editor: Nusarina Yuliastuti
Copyright © ANTARA 2024