Jakarta (ANTARA News) - Ketua Mahkamah Konstitusi non-aktif Akil Mochtar, melalui pengacaranya Otto Hasibuan mengakui menggunakan nama sopirnya Daryono dalam kepemilikan mobil Mercedes Benz S 350 untuk menghindari pajak progresif.
"Itu atas nama sopirnya yang dibelikan pakai uang Akil. Dia katakan itu biasa kan ada namanya pajak progresif, dia coba pakai nama orang lain," kata Otto usai menemui Akil di rumah tahanan KPK di Jakarta, Rabu.
Otto menilai menghindari pajak progresif kendaraan bermotor lumrah terjadi di Indonesia.
Pajak progresif adalah tarif pemungutan pajak dengan persentase yang naik dengan semakin besarnya jumlah yang digunakan sebagai dasar pengenaan pajak dan kenaikan persentase untuk setiap jumlah tertentu setiap kali baik.
Di Indonesia pajak progresif diterapkan pada pajak penghasilan untuk wajib pajak orang pribadi.
"Itu biasa kan, di Indonesia kan biasa seperti itu. Artinya biasa pakai nama orang lain, itu menurut dia," jelas Otto.
Namun Otto membantah uang tersebut termasuk praktik tindak pidana pencucian uang karena mobil yang kini telah disita KPK bersama dua mobil Akil lainnya, Audi Q5 dan Crown Athlete, diklaim dibeli Akil dari penghasilannya sendiri.
"Pencucian uang kan kalau pakai uang dari hasil kejahatan. Tapi ini kan pakai uang dia sendiri. Itu uang dari hasilnya sendiri selama puluhan tahun berkarya," kata Otto.
Otto menjelaskan, sebelum menjabat Ketua MK, Akil telah menjalani karier sebagai pengacara selama 16 tahun dan kemudian menjadi anggota DPR dari Fraksi Partai Golkar selama enam tahun.
Daryono sendiri telah diperiksa KPK sebagai saksi untuk tersangka Akil Mochtar. Pada pemanggilan pertama ia mangkir begitu juga saat dipanggil Majelis Kehormatan MK. Daryono dikabarkan sangat dekat dengan Akil.
Saat menggeledah rumah Akil di Liga Mas, Pancoran, Jakarta, Selasa (8/10), KPK menyita tiga mobil antara lain Mercy S 350, Audi Q5 dan Toyota Crown Athlete serta surat berharga milik Akil senilai di atas Rp2 miliar.
Pewarta: Monalisa
Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2013