Jakarta (ANTARA News) - Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menegaskan para prajurit TNI siap bertugas di Lebanon sebagai bagian dari Pasukan Pemeliharaan Perdamaian PBB selama enam bulan hingga satu tahun, jika akhirnya PBB minta Indonesia mengirimkan para prajuritnya. "Biasanya penugasan itu enam bulan, sembilan bulan hingga satu tahun dan kita siap bertugas dalam kurun waktu itu," kata Yudhoyono dalam jumpa pers mendadak di Kantor Kepresidenan, Minggu malam. Sebelumnya Kepala Negara mengadakan rapat dengan Menko Polhukam Widodo AS, Menlu Hassan Wirajuda, Menhan Juwono Sudarsono, Panglima TNI Marsekal Djoko Suyanto, Kasad Jenderal Djoko Santoso serta Panglima Kostrad Mayjen TNI Erwin Sudjono. Usai jumpa pers, Menhan Juwono Sudarsono mengatakan kepada pers bahwa Indonesia menunggu pengumuman PBB pada Rabu (16/8) tentang negara-negara mana saja yang akan diikutsertakan dalam Pasukan Pemeliharaan Perdamaian itu serta besarnya kekuatan pasukan tiap negara. "Kita menunggu pengumuman pada hari Rabu," kata Juwono. Kepala Negara mengatakan, TNI telah menyiapkan 850 prajuritnya untuk dikirim ke Lebanon karena gencatan senjata antara serdadu Israel, kelompok Hezbullah serta Lebanon akan dimulai Senin siang(14/8) pukul 12.00 WIB berdasarkan Resolusi PBB No.1701. "Indonesia sangat dimungkinkan untuk diminta PBB dan Lebanon untuk segera menyumbangkan kontingennya dari TNI sebanyak satu batalyon," kata Kepala Negara yang didampingi Widodo, Juwono, Menlu serta Panglima TNI. Para prajurit akan dilengkapi dengan panser dan tank. Menurut Yudhoyono, pada awalnya diperkirakan Pasukan Pemelihara Perdamaian PBB itu akan berkekuatan 5.000 orang dan bisa ditambah hingga mencapai 15.000 prajurit. Pada hari Minggu sore (13/8) Perdana Menteri Lebanon, Fouad Siniora, telah menelepon Yudhoyono dan dalam pembicaraan tersebut, Siniora minta agar Indonesia bersedia mengirimkan prajuritnya untuk bergabung dalam Pasukan Pemelihara Perdamaian PBB tersebut. Dalam Resolusi Dewan Keamanan PBB No.1701 yang dikeluarkan baru-baru ini, disebutkan bahwa harus dilakukannya penghentian permusuhan serta gencatan senjata di Lebanon. Kemudian dilakukan rekonstruksi terhadap berbagai fasilitas yang hancur akibat pertempuran antara serdadu Israel, pasukan Hezbullah serta tentara Lebanon. Presiden mengatakan bahwa Presiden Perancis Jacques Chirac juga telah meneleponnya untuk mengucapkan terima kasih atas peranan Indonesia untuk menghentikan pertempuran di Lebanon serta minta pasukan TNI dikirim ke negara tersebut. Yudhoyono mengatakan dirinya telah berkomunikasi dengan PM Malaysia Abdullah Ahmad Badawi serta Sultan Hassanal Bolkiah dari Brunei Darussalam agar kedua negara ASEAN tersebut juga menyiapkan pasukannya untuk dikirim ke Lebanon jika muncul permintaan PBB. (*)
Copyright © ANTARA 2006