Mekkah (ANTARA News) - Puluhan ribu jamaah memilih melakukan "mabit" atau bermalam di sekitar Jamarat di Mina dan tidak di maktab yang sudah ditentukan, sebagian merupakan warga lokal Arab Saudi dan jamaah mandiri yang tidak mempunyai maktab.
Pantauan Selasa malam sampai Rabu pagi, ribuan orang terus berdatangan memenuhi halaman jamarat, bahkan meluber sampai trotoar jalan dan median jalan mulai depan Al Malik sampai bagian bawah lorong menuju Jamarat.
Petugas kepolisian setempat dibuat kelabakan karena begitu mengusir satu keluarga akan muncul belasan keluarga lain yang menggelar tikar. Mereka bilang "maktab-maktab" artinya diminta bermalam di tenda masing-masing.
Satu keluarga dari lokal Arab Saudi sampai bersitegang karena dipaksa pindah, padahal mereka sudah menjelaskan tidak punya maktab dan sudah berkali-kali diusir, sehingga hanya trotoar jalan yang menjadi pilihannya.
Tidak hanya troroar yang menjadi incaran, tetapi juga lantai atas sebuah toilet di Jamarat yang hanya dihubungkan dengan tangga kecil juga diburu para jamaah. Mereka memilih dekat dengan jamarat karena setelah bermalam maka pagi hari mereka langsung melempar jumroh yang ada di depan mereka.
Polisi kesulitan membubarkan mereka, sehingga sampai selepas tengah malam, akhirnya polisi membiarkan mereka menguasai halaman Jamarat dan berbagai sudut lain di sekitar Jamarat.
Baru sekitar pukul 03.00 dini hari tiga mobil patroli masuk ke halaman Jamarat dan terus membunyikan sirine untuk membubarkan kerumunan jamaah yang tengah tertidur. Suara sirine terus meraung sampai menjelang subuh, sehingga halaman Jamarat mulai terbebas dari kerumunan jamaah.
Bagi mereka yang mendapat maktab di Mina Jadid maka bermalam di sekitar Jamarat menjadi pilihan tepat karena jarak tempuh dari Mina Jadid sampai Jamarat sekitar sembilan kilometer karena harus memutar melalui Terowongan Muaisim.
Mereka bisa bergerak sehabis magrib ke Jamarat, lalu bermalam dan pagi subuh mereka melempar jumroh. Setelah Shalat Subuh mereka bisa kembali ke Maktab saat udara masih segar.
Sebagian kecil jamaah haji Indonesia juga melakukan pola itu, namun tidak semua tertarik karena melempar jumroh saat menjelag subuh dianggap tidak afdol.
Sayangnya, keterbatasan toilet di areal Jamarat membuat jamaah harus antre sampai setengah jam untuk mendapat giliran.
Bagi jamaah yang ingin bergerak ke Jamarat lebih baik membuang air seni lebih dulu, dan jangan terlalu banyak minum untuk menghindari keinginan buang air seni.
(B013/C004)
Pewarta: Budi Santoso
Editor: Tasrief Tarmizi
Copyright © ANTARA 2013