Jakarta (ANTARA) - Anggota Tim Hisab Rukyat Kementerian Agama Cecep Nurwendaya mengatakan visibilitas hilal awal Ramadhan masih berada di bawah kriteria baru MABIMS (Menteri Agama Brunei Indonesia Malaysia Singapura), sehingga kemungkinan tidak dapat teramati (rukyat).
"Di seluruh wilayah Indonesia, posisi hilal pada 29 Syakban 1445 H sudah berada di atas ufuk. Namun demikian, masih berada di bawah kriteria imkanur rukyat MABIMS," ujar Cecep dalam paparan hilal awal Ramadhan di Jakarta, Minggu.
Kriteria baru MABIMS menetapkan bahwa secara astronomis, hilal dapat teramati jika bulan memiliki ketinggian minimal 3 derajat dan elongasinya minimal 6,4 derajat.
Sementara menurut Cecep, pada saat Magrib, 10 Maret 2024, tinggi hilal di seluruh wilayah Indonesia berada antara - 0° 20‘ 01“ (-0,33°) s.d. 0° 50‘ 01“ (0,83°) dan elongasi antara 2° 15‘ 53“ (2,26°) s.d. 2° 35‘ 15“ (2,59°).
Baca juga: BBMKG Medan pantau hilal awal Ramadhan di tiga lokasi
Baca juga: Kemenag Lampung amati hilal awal ramadhan di tiga titik
Maka dari itu, kata Cecep, jika data tersebut dikaitkan dengan potensi rukyatul hilal, secara astronomis atau hisab, dimungkinkan awal bulan Ramadhan jatuh pada Selasa, 12 Maret 2024.
Hasil hisab ini, selanjutnya akan dikonfirmasi melalui pengamatan hilal (rukyatulhilal).
"Rukyatulhilal itu sifatnya konfirmasi. Jika nanti ada yang bisa mengamati hilal, maka Ramadhan jatuh esok hari. Tapi bila tidak bisa teramati, maka bulan Syakban digenapkan menjadi 30 hari, sehingga1 Ramadhan jatuh pada 12 Maret 2024," ujar Cecep.
Hari ini, Kemenag menggelar pemantauan hilal (rukyatulhilal) awal Ramadan di 134 titik di seluruh Indonesia. Rukyatul hilal dilaksanakan Kanwil Kementerian Agama dan Kemenag kabupaten/kota, bekerja sama dengan pengadilan agama, ormas Islam serta instansi lain di daerah setempat.
Baca juga: BMKG lakukan pengamatan hilal di wisata hiu paus
Baca juga: BMKG Stasiun Geofisika lakukan pengamatan hilal awal Ramadhan
Pewarta: Asep Firmansyah
Editor: Riza Mulyadi
Copyright © ANTARA 2024