Manokwari (ANTARA) - Ketua Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Papua Barat Mulyadi Djaya menyatakan Ramadhan 1445 Hijriah tahun ini jadi momen untuk mempererat toleransi dan silaturahim, baik antarsesama umat Muslim maupun dengan umat beragama lain.

"Momen Ramadhan ini adalah kesempatan untuk kita tingkatkan rasa saling menghargai dan menghormati perbedaan-perbedaan," kata Mulyadi di Manokwari, Minggu.

Ia mengatakan, ada kejadian penting yang membuat Ramadhan kali ini dapat dijadikan momen untuk mempererat tali silaturahmi dan toleransi, di mana bangsa Indonesia baru saja menyelesaikan pesta demokrasi Pemilu 2024. Dengan demikian momen Ramadhan kali ini bisa dijadikan ruang untuk mendinginkan suasana perbedaan politik antarumat.

Ia menuturkan, bulan Ramadhan juga akan bertepatan dengan beberapa hari besar agama lain seperti Hari Raya Nyepi dan Paskah. Hal itu semakin mengajarkan umat Muslim untuk bisa saling menjaga toleransi.

"Umat Muslim cinta perdamaian dan sebagai warga negara Indonesia kita harus selalu mengedepankan toleransi sesuai nilai-nilai Pancasila. Perbedaan adalah keniscayaan dalam kehidupan yang harus bisa dihormati dan dihargai satu sama lain," katanya.

Ia menambahkan, pada Ramadhan kali ini juga ada kemungkinan perbedaan penentuan 1 Ramadhan 1445 Hijriah.

Baca juga: Ketua DMI ingatkan umat untuk introspeksi diri sambut Ramadhan

Baca juga: Cholil Nafis nilai Sidang Isbat penting untuk beri kepastian waktu

Pimpinan Pusat Muhammadiyah telah menentukan awal Ramadhan tanggal 11 Maret 2024, sedangkan pemerintah dan NU baru akan menggelar sidang isbat pada Minggu sore untuk menentukan awal Ramadhan sehingga kemungkinan 1 Ramadhan tidak jatuh pada 11 Maret.

Menurutnya, perbedaan tersebut terjadi karena Muhammadiyah menggunakan metode hisab, sementara pemerintah atau NU menggunakan metode ruqyatul hilal.

"Metode hisab dalam menentukan bulan Hijriah menggunakan pendekatan matematika astronomi. Sedangkan metode ruqyat hilal melihat langsung posisi bulan sudah nampak atau belum," katanya.

Ia menambahkan, kedua metode tersebut sah dan dibenarkan karena sama-sama punya ada dasar atau dalil menurut hadits dan Al-Qur'an.

"Semua umat Muslim sudah memahami perbedaan itu dan tidak perlu dibesar-besarkan. Saling menghormati dan menghargai perbedaan itu yang lebih penting," katanya.

Ia mengatakan, dengan telah ditentukan 1 Ramadhan, maka seluruh jamaah Muhammadiyah malam hari ini sudah melaksanakan shalat tarawih.

Baca juga: BRIN sebut bulan masih sangat rendah pada 10 Maret 2024

Baca juga: Kementerian Agama ungkap kemajuan hisab dan rukyat di Indonesia

Pewarta: Ali Nur Ichsan
Editor: Riza Mulyadi
Copyright © ANTARA 2024