Ambon (ANTARA News) - Masyarakat di Ambon, ibu kota Provinsi Maluku bagaikan terkena musibah yang diungkapkan pepatah "sudah jatuh tertimpa tangga".
Betapa tidak, pasca-bencana banjir maupun longsor yang merengut nyawa belasan warga Kota Ambon hingga Agustus lalu. Ternyata pada September 2013 dihadapkan dengan penyakit kencing tikus (Leptospirosis).
Keluarga penderita dibuat pusing dengan gejala penyakit yang baru merambah Kota Ambon karena selama ini belum disosialisasi Dinas Kesehatan maupun pihak-pihak berkompoten peduli terhadap sektor kesehatan.
Upaya penanganan ditempuh dengan memeriksakan anggota keluarga tertular penyakit tersebut di RSUD dr.M. Haulussy di kawasan Kudamati, kecamatan Nusaniwe.
Berdasarkan hasil pemeriksaan laboratorium, selanjutnya didiagnosa tim medis barulah terungkap tertular penyakit kencing tikus sehingga harus menjalani perawatan intensif.
Dirut RSUD dr.M. Haulussy, dr Sri Ananta, membenarkan, tiga orang dari 15 penderita penyakit kencing tikus yang dirawat hingga 30 September 2013 meninggal dunia.
Sri Ananta yang didampingi Kabid Pelayanan dr.M. Haulussy Ambon, dr Iriani Sutiksno menyarankan penderita yang mengalami gejala tertular penyakit tersebut segera dibawa ke rumah sakit agar dokter melakukan diagnosa, selanjutnya para medis melakukan penanganan secara teratur.
"Jangan menunggu sampai penderita tergolong parah barulah dibawa ke rumah sakit," katanya.
Prihatin
Legislator Kota Ambon Jhon E. Maitimu memprihatinkan penyakit kencing tikus saat ini merambah daerah ini dengan tiga penderita telah meninggal.
"Penyakit ini baru ramai dibicarakan masyarakat dua bulan terakhir ini dan ternyata tiga penderitanya telah meninggal sehingga harus menjadi perhatian serius Pemkot Ambon dan Satuan Kerja Perangkat Daerah (SPD) teknis," katanya.
Karena itu, Dinas Kesehatan, baik Kota Ambon maupun Maluku harus melaksanakan sosialisasi soal penyakit tersebut sehingga masyarakat mengetahui pencegahan, gejala dan penanganannya sehingga tidak bertambah korban jiwa.
"Rasanya penyakit ini tergolong baru tertular di Kota Ambon dan harus disosialisasikan sehingga bisa diantisipasi sejak dini korbannya," ujar Jhon.
Politisi dari Partai Gerindra itu mengingatkan Wali Kota Ambon Richard Louhenapessy dan Wakil Wali Kota Sam Latuconsina terhadap penularan penyakit ini ke depan dengan penanganan sesuai misi keduanya yakni "Ambon bersih di siang hari".
"Kota Ambon telah dianugrahi adipura oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Namun, citra terkait kebersihan itu jangan ternodai dengan penyakit kencing tikus yang penularannya juga melalui air," tegasnya.
Apalagi, Kota Ambon saat ini dalam tahapan setelah banjir akibat musim hujan sejak akhir Mei - Agustus 2013 sehingga penularan penyakit kencing tikus harus diantisipasi.
Bersihkan lingkungan
Kadis Kesehatan Maluku Ike Pontoh mengingatkan masyarakat agar membersihkan lingkungan untuk mengantisipasi penularan penyakit kencing tikus (Leptospirosis).
"Harus dilakukan pembersihan lingkungan agar jangan sampai sampah - sampah menjadi tempat perkembangbiakan tikus yang menjadi penular penyakit tersebut," katanya.
Karena itu, masyarakat hendaknya mewaspadai kencing atau kotoran hewan tikus.
"Upaya antisipasi lebih baik dari pada tertular barulah diobati karenanya langkah awal adalah memelihara kebersihan lingkungan," ujarnya.
Dia mengakui belum mendapatkan informasi terkait penularan penyakit leptospirosis. Begitu pun kemungkinan penyakitnya telah merambah sembilan Kabupaten dan Kota Tual.
"Pembuktian penyakit leptospirosis harus ada pemeriksaan laboratorium yang menunjang diagnosa dokter," ujar Ike.
Sedangkan, Kadis Kesehatan Kota Ambon, Threesye Tory, menyatakan, penyakit kencing tikus berasal dari kencing atau kotoran hewan tikus, harus diantisipasi sejak dini kepada warga agar tidak menimbulkan penderita baru bahkan korban jiwa.
Kasus penyakit kencing tikus merupakan kasus pertama terjadi di Kota Ambon sehingga perlu penanganan khususnya di lokasi tempat tinggal tiga penderita yang meninggal dunia.
Tiga penderita adalah warga kelurahan Kudamati, kecamatan Nusaniwe maupun Skip dan Galala kecamatan Sirimau.
"Petugas kesehatan telah melakukan pemeriksaan kepada warga sekitar kawasan tersebut, guna mengantisipasi jangan sampai ada warga yang mengalami gejala penyakit kencing tikus," ujar Threesye.
Dia mengimbau, penderita yang mengalami gelaja tertular penyakit tersebut segera dibawa ke rumah sakit terdekat agar dokter melakukan diagnosa dan para medis melakukan penanganan secara teratur.
"Jangan menunggu sampai penderita parah, barulah dibawa ke rumah sakit, karena penyakit tersebut menular melalui perantara hewan," katanya.
Gejala yang ditimbulkan dari penyakit kencing tikus, tahap pertama yakni penderita akan memiliki gejala yang mirip dengan flu yaitu sakit kepala, nyeri otot, muntah, demam tinggi dan kadang kala disertai ruam di kulit.
Tahap kedua penderita akan merasakan gejala yang sama seperti pada tahap awal. Gejala yang terjadi selanjutnya tergantung pada tingkat seberapa parah infeksi tersebut dan bisa juga disertai dengan penyakit kuning (kulit dan mata kuning), mata merah, sakit perut serta diare.
Gejala bisa juga mirip dengan penyakit meningitis. Pada kasus yang parah, infeksi ini juga menyebabkan kegagalan fungsi hati dan ginjal.
"Penderita bisa meninggal karena gagal jantung, hati dan sistem pernapasan," tegas Threesye.
Oleh Alex Sariwating
Editor: Unggul Tri Ratomo
Copyright © ANTARA 2013